Oleh Roy Sembel PhD, Direktur Program MM Keuangan dan Investasi Universitas Bina Nusantara, Jakarta
Sandra Sembel, MM, Direktur Utama Edpro, edpro@cbn.net.id
BELAJAR. Mendengar kata ini saja sebagian orang sudah
merasa “alergi”. Yang terbayang dibenak adalah setumpuk buku tebal yang membosankan. Banyak orang juga beranggapan bahwa mereka sudah lama lulus dari sekolah, jadi untuk apa belajar. Orang-orang tersebut berpikir demikian karena mereka tidak melihat ataupun belum menikmati manfaat dahsyat dari kegiatan “belajar”.
Dalam berbisnis, belajar sudah menjadi keharusan. Tanpa belajar, pelaku bisnis dapat dipastikan akan jauh tertinggal dan tersingkir  dari persaingan, karena belajar menumbuhkan inovasi, dan inovasi  melahirkan perubahan positif yang diperlukan dalam berbisnis.  Belajar pun harus dilakukan dengan cepat, bahkan jika mungkin, harus  lebih cepat dari pesaing, dan dari perubahan yang terjadi. Jadi,  untuk sukses di bidang apa pun yang kita tekuni, kita  harus “BELAJAR”. Belajar yang bagaimana yang bisa membawa sukses?
Simak belajar untuk sukses berikut.
Manfaat Belajar
Menurut D.A Benton yang telah mensurvei para CEO (Chief Executives  Officers) dari berbagai bidang industri, belajar merupakan salah  satu kebiasaan penting para CEO sukses. Pemimpin perusahaan yang  efektif senantiasa mengembangkan diri dengan belajar, karena mereka  banyak mendapatkan manfaat dari kebiasaan sukses ini.
Orang penting. Dengan banyak “belajar” kita menjadi orang yang  memiliki banyak pengetahuan. Orang sekitar kita pun akan melihat dan  merasakan “aset” pengetahuan yang kita miliki, sehingga mereka akan  datang kepada kita untuk mendapatkan “solusi” yang mereka cari.
Dengan demikian, kita bisa menjadi orang yang diperlukan oleh orang-orang sekitar kita, karena dianggap dapat memberikan manfaat, solusi  bagi mereka. Alhasil, kemungkinan besar kita tidak akan tersingkir  dari persaingan di tempat kerja. Sebaliknya, pengetahuan kita yang  terus bertambah tersebut akan bisa membuka kesempatan besar untuk  melaju dalam karier, ataupun dalam persaingan bisnis.
Misalnya: Rini, yang memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan,  senantiasa menjadi andalan teman-teman, bahkan atasannya  sebagai “narasumber” dalam membantu mereka mengatasi berbagai  masalah. Rini, yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris paling baik  di antara teman-temannya, dan pengetahuan yang luas dalam bidang  pemasaran dan keuangan, selalu saja dimintai pendapat dalam membuat  surat dan proposal bisnis penting untuk mitra asing, ataupun dalam  menyiapkan presentasi bisnis dan negosiasi dengan calon pembeli.  Atasan Rini pun selalu membawa Rini dalam pertemuan dengan mitra  bisnis asing, ataupun dalam menghadiri pertemuan-pertemuan bisnis di  luar negeri.
Keputusan berkualitas. Pengetahuan dan keterampilan yang kita dapatkan dari kebiasaan belajar, bisa menjadi alat ampuh dalam membantu kita mengambil keputusan yang berkualitas. Dengan kemampuan  yang selalu disempurnakan, kita menjadi lebih bijak dalam melihat  suatu permasalahan, karena bisa melihat permasalahan dari sudut  pandang yang lebih luas. Hal ini membantu kita untuk menghasilkan  alternatif solusi yang lebih beragam, dan lebih tajam karena didukung dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih kaya.
Misalnya: Toto, yang memiliki minat besar dalam bidang e-learning,  beberapa bulan terakhir ini banyak membaca berbagai literatur di  bidang pembelajaran elektronik. Ketika perusahaan IT tempat ia  bekerja kemudian mengembangkan bisnis ke arah e-learning, ia diberi  kepercayaan untuk pembuatan proposal pengembangan bisnis di bidang e-learning. Ditunjang dengan pendidikannya di bidang keuangan, keterampilan di bidang teknologi informasi, dan pengetahuan yang  baru saja dipupuknya di bidang e-learning, Toto berhasil menyusun  berbagai keputusan bisnis yang lebih berkualitas dan dengan derajat  keyakinan sukses yang lebih tinggi.
Master of change. Pembelajaran senantiasa membawa perubahan, karena  pengetahuan dan keterampilan yang baru, seseorang memiliki kemampuan  untuk melakukan perubahan. Di dunia bisnis yang diwarnai dengan  perubahan yang cepat. Para pelakunya harus senantiasa menelurkan  perubahan. Jika pelaku bisnis tidak berubah, maka mereka akan dilibas oleh perubahan tersebut. Sebaliknya, dengan senantiasa  melakukan pembelajaran yang berkesinambungan, pelaku bisnis bisa  menjadi pihak yang mengendalikan perubahan (master of change), bukan  pihak yang menjadi korban perubahan.
Misalnya: Untuk memasuki bisnis teknologi tinggi yang penuh perubahan, pemain baru di industri ini haruslah menawarkan sesuatu  yang baru agar bisa tampil sebagai pemenang. Inilah yang dilakukan  oleh Michael Dell, pebisnis yang pada saat itu masih sangat muda.  Pengetahuannya yang kuat di bidang perakitan komputer, serta  kebiasaan belajarnya yang diperoleh dengan senantiasa mengamati  perubahan yang terjadi di industri yang ditekuni, mendorong pemuda  ini untuk berani tampil melibas pemain lama di dunia perakitan  komputer. Cara baru yang cepat, unik, dan cerdas di tawarkan pada  pelanggan, yaitu kesempatan untuk merakit komputer sesuai dengan  kebutuhan sendiri, dengan harga yang relatif lebih murah, dan  pengiriman yang lebih cepat.
Apa Yang Dipelajari ?????????
Okay. Sekarang kita sudah yakin bahwa belajar itu dapat mendatangkan  banyak manfaat. Tapi, apa sih sebenarnya yang harus kita pelajari?  Yang diperlukan.
Prioritas utama dalam pembelajaran tentunya adalah  pembelajaran seputar topik-topik yang bisa langsung diperlukan untuk  menunjang pekerjaan kita. Jika kita bergerak di bidang IT solution,  tentunya kita harus banyak melahap literatur (buku, artikel,  majalah) yang berhubungan dengan teknologi informasi. Kita juga bisa  belajar dengan mengamati sepak terjang tokoh-tokoh bisnis IT ataupun  perusahaan IT yang telah sukses di bidang masing-masing. Jika kita  bergerak di bidang SDM, pastilah topik-topik pengembangan sumber  daya manusia, dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan untuk  meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi topik-topik utama  yang perlu kita gali.
Yang menunjang. Selain mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang  secara langsung berkaitan dengan pekerjaan yang kita tekuni, kita  juga bisa mempelajari pengetahuan dan keterampilan penunjang, yaitu  yang bisa memberi nilai tambah bagi kualitas pekerjaan kita.  Pengetahuan dan keterampilan bernegosiasi, berkomunikasi dengan  efektif, menyusun anggaran, mengendalikan dan memimpin orang lain,  project management, serta menyusun anggaran sudah pasti dapat  membantu kita dalam menjalankan pekerjaan kita dengan lebih baik.
Yang disenangi. Pengetahuan dan keterampilan yang langsung terkait  ataupun yang tidak langsung dapat menunjang pekerjaan kita memang  sangat diperlukan. Tapi, yang juga kita perlukan adalah pengetahuan  dan keterampilan yang dapat memberi kesenangan dan kenikmatan bagi  kita. Biasanya pengetahuan dan keterampilan ini berkaitan dengan  minat dan hobi kita. Jika kita adalah seorang akuntan, tapi memiliki  minat besar di bidang otomotif, kita bisa saja melahap bahan bacaan,  melakukan observasi tentang dunia otomotif. Jika, ternyata kita  mendapat kesempatan untuk mengaudit sebuah perusahaan otomotif, kita  sudah memiliki latar belakang kegiatan otomotif yang diperlukan  untuk menyelesaikan pekerjaan kita. Jadi, galilah dan pupuk minat  kita walaupun sepertinya tidak terlalu berhubungan dengan pekerjaan  kita saat ini.
Yang meningkatkan kualitas watak. Yang juga perlu diingat dalam  mencari hal-hal yang harus dipelajari, adalah tidak sekedar  pengetahuan dan keterampilan “teknis” semata. Yang lebih penting  adalah melakukan pembelajaran dalam hal-hal yang dapat meningkatkan  kualitas watak, misalnya: belajarlah juga bagaimana mengembangkan  integritas, kejujuran, disipilin, keyakinan sukses, kepemimpinan dan  komitmen. Semua ini bisa kita gali melalui pengamatan terhadap  atasan, bawahan, teman sejawat, ataupun tokoh sukses di sekitar  kita. Sumber lain yang juga sangat kaya akan hal-hal yang dapat  meningkatkan kualitas watak adalah buku-buku biografi orang-orang terkenal.
Prinsip Belajar
Lalu, prinsip apa yang dapat kita terapkan dalam melakukan  pembelajaran yang berkelanjutan? Ada dua prinsip yang harus kita  perhatikan, yaitu:
Komitmen. Douglas Brown, seorang pakar bahasa, mengatakan bahwa jika  ingin belajar dengan sukses, prinsip utamanya adalah komitmen,  yaitu: komitmen secara fisik, mental, dan emosional. Prinsip ini  tidak hanya berlaku bagi pembelajaran di bidang bahasa, melainkan  juga di bidang-bidang lain. Menurut Brown, agar belajar memberikan  hasil yang maksimal, seorang pembelajar perlu secara fisik  memberikan komitmennya dalam belajar, misalnya dengan menyediakan  waktu khusus untuk belajar, terlibat secara fisik dalam mencari  bahan-bahan yang harus dipelajari, ataupun mencatat hal-hal penting  yang ditemui dalam belajar. Komitmen secara mental juga diperlukan,  yaitu dengan memproses informasi yang didapatkan (bukan sekedar  mendengar informasi selintas, dari kuping kiri ke kuping kanan, atau  membaca selintas tanpa menyimak). Komitmen secara mental bisa  dilakukan misalnya dengan mengaitkan informasi yang baru diterima,  dengan pengalaman kita, dan mencari cara ataupun kesempatan untuk  menerapkan informasi baru ini untuk meningkatkan kualitas pekerjaan,  kegiatan, dan kehidupan kita. Sedangkan komitmen secara emosional  melibatkan upaya untuk “menyukai” apa yang kita pelajari. Tanpa  rasa “senang” akan sulit bertahan dalam belajar, terutama jika kita  menghadapi bagian-bagian yang sulit untuk dicerna. Kesenangan akan  topik yang dipelajari akan tumbuh jika kita bisa mencari dan  menggali manfaat dari topik yang dipelajari tersebut, atau jika kita  memiliki minat yang tinggi terhadap topik tersebut.
Praktik. Prinsip lainnya adalah praktik. Mempraktikkan pengetahuan  dan keterampilan yang baru dipelajari akan memberikan manfaat  optimal bagi peningkatan kualitas hidup kita. Tanpa praktik, lama-kelamaan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan menjadi usang.  Seperti halnya belajar mengendarai mobil. Jika kita hanya “membaca”  dan “memahami” petunjuk dalam mengendarai mobil, tanpa ada usaha  untuk mencoba “menjalankan” mobil tersebut, maka pengetahuan ini  akan sia-sia, kita tidak akan bisa mengendarai mobil. Kita harus mau  mencoba turun ke jalan. Pada mulanya pasti banyak hambatan, tapi  dengan berjalannya waktu, dan keinginan untuk belajar dari tiap  kesalahan yang kita lakukan, kita akan semakin mahir dalam  mengendarai mobil. Jadi, pengetahuan dan keterampilan yang baru  dipelajari, agar dapat memberikan manfaat yang optimal,  perlu “DIPRAKTIKKAN”.
Strategi Belajar Sukses Setelah mengetahui manfaat belajar, apa yang harus dipelajari, dan  prinsip yang bisa diterapkan untuk belajar, kita juga perlu  mengetahui strategi belajar yang dapat memberikan hasil yang  optimal. Banyak strategi belajar yang bisa kita pilih untuk diterapkan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Belajar Efisien. Survei yang dilakukan terhadap orang-orang yang  sudah mencapai posisi puncak membuktikan bahwa mereka memiliki  kebiasaan “belajar”. Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana mereka bisa  memiliki waktu belajar di tengah kesibukan mereka? Ternyata mereka  bisa belajar kapan saja, dimana saja, dan dari siapa saja. Selain  dari membaca buku, majalah dan surat kabar di rumah, mereka juga  bisa memanfaatkan waktu menunggu, waktu makan siang, waktu di jalan  (berkendaraan, maupun dalam penerbangan dan perjalanan dengan kereta  api) untuk menambah ilmu.
Selain membaca, mereka juga memanfaatkan waktu mereka untuk  melakukan observasi lapangan berbagai hal yang terjadi sekitar  mereka. Cara lain yang mereka terapkan adalah mendengarkan informasi  berbentuk “audio” (kaset, CD) dalam perjalanan atau dalam melakukan  pekerjaan lain. Mereka juga menyerap informasi penting dan menarik  dari diskusi dengan sesama profesional, atasan, bawahan, pelanggan,  guru, pelatih, dan juga dari pesaing. Mereka juga sering  menyempatkan diri untuk menghadiri seminar, workshop, ataupun  pelatihan singkat, ataupun menyempatkan waktu untuk meningkatkan  diri melalui sarana elektronik (misalnya: anggota beberapa mailing  list, memanfaatkan fasilitas e-learning).
Belajar Efektif. Seperti juga kepribadian, setiap orang memiliki  gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah belajar melalui  audio. Ada yang lebih dapat menyerap informasi yang berupa tampilan  secara visual. Ada juga yang lebih mudah menyerap informasi melalui  gerakan. Selain gaya belajar yang dihubungkan dengan indera, gaya  belajar juga bisa dihubungkan dengan waktu. Sebagian orang lebih  mudah belajar di pagi atau siang hari. Sedangkan sebagian lagi lebih  mudah belajar di malam hari. Yang penting adalah mengenali gaya  belajar kita. Setelah itu kita bisa menyusun strategi belajar yang  disesuaikan dengan gaya belajar kita.  Misalnya, jika kita lebih mudah belajar di malam hari dan kita  cenderung lebih efektif menyerap informasi dalam bentuk visual, maka  strategi belajar kita adalah belajar hal-hal yang serius di malam  hari dengan menggunakan input visual ataupun memvisualisasikan  informasi yang kita terima (misalnya, kita bisa menggambarkan  informasi yang kita baca dengan diagram, simbol-simbol, flowchart,  grafik, yang dapat mempermudah pemahaman kita akan informasi yang  akan kita serap).
Belajar Bijak. Pengalaman (terutama kegagalan, kesuksesan,  kesalahan) adalah guru yang terbaik. Jadi, jangan pernah melewatkan  kesuksesan yang kita raih, kegagalan yang kita alami, dan kesalahan  yang kita lakukan tanpa memetik pengalaman dari hal-hal tersebut.  Tetapi waktu kita untuk belajar dari pengalaman sangat terbatas.  Kita tidak akan bisa memanfaatkan semua waktu yang kita dapatkan  untuk mempelajari semua yang kita perlukan. Untuk itu, kita perlu  belajar cerdas dan bijak. Yang bisa kita lakukan antara lain adalah  belajar tidak hanya dari pengalaman kita sendiri, terutama adalah  belajar dari pengalaman orang lain. Banyak cara yang bisa dilakukan,  antara lain adalah membaca biografi orang-orang sukses. Dari  artikel, buku biografi setebal puluhan sampai ratusan halaman, kita  bisa memetik pengalaman berpuluh-puluh tahun dari orang-orang yang  riwayat hidupnya dibukukan. Cara lain adalah membaca hasil survei di  bidang-bidang yang kita minati. Hasil survei memetakan data dan  informasi yang diekstraksi secara profesional dari pengalaman orang  lain juga. Cara yang lebih mudah adalah “bertanya” pada orang-orang  yang kita anggap lebih berpengalaman dari kita dalam bidang-bidang  yang kurang kita kuasai. Dengan belajar dari orang lain, kita bisa  melipatgandakan pengetahuan yang kita dapatkan (yaitu pengetahuan  dari pengalaman kita sendiri ditambah dengan pengetahuan dari orang-orang lain).
Di dunia yang bergerak cepat, banyak perubahan terjadi. Untuk  mengendalikan perubahan ini, kita perlu belajar. Tanpa belajar, kita  tidak bisa mengejar perubahan tersebut. Dengan belajar pun, jika  tidak dilakukan dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan  perubahan tersebut, belum tentu juga kita dapat bertahan. Jadi,  belajar sudah merupakan suatu keharusan, tetapi yang lebih  diperlukan adalah belajar untuk sukses, yaitu belajar dengan  menerapkan strategi belajar efesien, efektif dan bijak.
Selamat belajar !
Originally posted 2012-08-22 00:59:58.
terima kasih atas ilmunya, pengetahuan ini sangat bermanfaat sekali buat saya dan saya juga punya blog yang sama tetapi berisi kegiatan-kegiatan dunia pendidikan.. 😆 🙄