Berinteraksi Sebagai Mahluk Sosial

0
download.jpeg

Ayat bacaan: Ibrani 10:25
=====================
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

berinteraksi, mahluk sosialSudah beberapa bulan terakhir saya tertimbun oleh pekerjaan yang bertumpuk. Pekerjaan menyita waktu bahkan sampai lewat tengah malam. Akibatnya saya jadi jarang punya waktu untuk santai, apalagi untuk ngobrol antar tetangga. Tapi malam ini saya diingatkan Tuhan untuk meluangkan waktu sejenak berkumpul dengan tetangga. Saya pun duduk ngobrol santai selama sejam. Ternyata hal itu mampu membuat saya sedikit rileks. Bercanda, tertawa, tapi juga banyak mendengar informasi-informasi yang belum saya ketahui sebelumnya. I found it quite refreshing and  informative. Ada kalanya ditengah banyaknya kesibukan kita jadi terpusat kepada pekerjaan dan kehilangan jati diri kita sebagai mahluk sosial. Kita akan mulai menarik diri dari lingkungan dan orang-orang di sekitar kita, dan lama kelamaan kita akan kehilangan teman.

Seperti apa jati diri kita sebenarnya ketika diciptakan? Kita diciptakan bukan untuk hidup sendiri. Tuhan menciptakan kita sebagai mahluk sosial yang akan jauh lebih baik apabila berinteraksi dengan orang lain. Tidak ada satupun manusia yang bisa hidup baik sendirian. Sejak awal penciptaan dalam kitab Kejadian pun Tuhan sudah mengingatkan pentingnya bagi kita untuk mencermati hal ini. “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18). Manusia itu tidak baik jika sendirian. Mengapa? Karena sejatinya kita diciptakan sebagai mahluk sosial dan bukan mahluk individual. Dalam perkembangannya memang terkadang kesibukan bisa menyita waktu kita sehingga kita tidak lagi punya waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, atau berbagai hal lainnya, dan ketika itu terjadi, kita akan kehilangan banyak hal. Kita tidak lagi punya teman untuk berbagi, bahkan tidak ada lagi orang yang bisa mengingatkan atau menasehati kita. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan bahwa sendirian itu tidak baik. Bukan salah, bukan tidak boleh, tetapi tidak baik.

Jika meluangkan waktu sejenak untuk santai ngobrol bersama teman atau tetangga saja sudah mampu memberi rasa “refreshing” yang lumayan cukup, apalagi meluangkan waktu untuk berkumpul bersama saudara-saudara seiman untuk berbagi pengalaman sehari-hari, berkumpul saling mendoakan dan bersama-sama merenungkan firman Tuhan. Ada banyak orang yang mengorbankan saat-saat sharing seperti itu demi menjalankan rutinitas pekerjaannya. Jangankan dalam persekutuan, sharing bersama suami atau istri saja sudah tidak lagi punya waktu. Dan ketika itu terjadi, Tuhan sudah mengingatkan kita bahwa itu tidak baik, bagi kestabilan emosional kita, bagi mental kita, dan bagi pertumbuhan rohani kita.

Penulis Ibrani mengingatkan hal ini. “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25). Saling menasihati, saling mengingatkan dan saling menguatkan, itu semua akan luput dari kita apabila kita berhenti menyadari status kita sebagai mahluk sosial dengan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita. Apalagi hari ini, kita seharusnya semakin giat melakukannya, tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan “karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:16). Tidak ada satupun manusia yang mampu mengatasi segalanya sendirian. Ada kalanya kita kuat, itu waktunya kita untuk menguatkan teman-teman kita, sebaliknya ada waktu kita lemah, dan disana peran teman-teman akan sangat berguna. Sebuah ayat dalam Pengkotbah yang tidak asing lagi bagi kita pun mengingatkan hal ini. “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” (Pengkotbah 4:9-10). Dan lihat pula apa yang dikatakan Yesus berikut: “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”(Matius 18:20). Dengan berkumpul bersama-sama untuk berbagi firman Tuhan, itu artinya kita mengundang Kristus untuk hadir di tengah-tengahnya.

Adalah sangat penting bagi kita untuk menyadari betapa rentannya kita sebagai manusia apabila kita meninggalkan jati diri kita sebagai mahluk sosial. Tuhan tidak pernah menginginkan anak-anakNya untuk merasa kuat hidup sendirian. Kita tidak boleh malu untuk mengakui bahwa kita butuh orang lain untuk bisa tumbuh menjadi lebih baik lagi. Ada banyak hal yang bisa menghalangi kita untuk berkumpul beribadah bersama-sama. Mungkin itu pekerjaan, kesibukan, keluarga, kesehatan, mood atau suasana hati atau cuaca dan sebagainya. Tapi hendaklah kita memperhatikan betul siapa kita sebenarnya seperti yang diciptakan Tuhan. Sedapat mungkin, luangkan waktu untuk berkumpul bersama-sama, saling berbagi, saling menasehati dan saling menguatkan. Tuhan sudah menyatakan bahwa tidaklah baik bagi kita untuk hidup seorang diri. Interaksi sosial akan selalu kita butuhkan untuk bisa terus menjalani kehidupan dengan semakin baik. Apakah ada diantara teman-teman yang saat ini mulai menjauh dari perkumpulan-perkumpulan akibat berbagai alasan? Jika ya, ingatlah bahwa dunia semakin sulit, dan disana kita butuh dukungan dari saudara-saudara kita untuk saling menguatkan. Jangan jauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, dan bertumbuhlah terus di dalamnya.

Manusia adalah mahluk sosial yang selalu butuh berinteraksi dengan orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/henlia

Originally posted 2011-04-02 06:50:49.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *