3a5b7c54-7f75-4d68-b112-d676d06e8dce.jpeg

Glenn Cunningham berumur delapan tahun ketika ia mengalami kecelakaan. Ia
dan kakaknya Floyd sedang menyalakan tungku pemanas sekolah ketika tiba-tiba
tungku tersebut meledak dan menewaskan Floyd.
Glenn sedang berada di pintu sehingga ia selamat, tapi ketika menyadari
bahwa Floyd masih di dalam, Glenn berlari masuk untuk menyelamatkannya. Ia
gagal, bahkan kedua kakinya terbakar hebat. Kedua kakinya menjadi lumpuh dan
tidak bisa merasakan apa pun.
Dokter menyarankan agar kedua kakinya diamputasi, tapi sambil menangis Glenn
memohon agar kakinya tidak dipotong.
Orang tuanya tidak tega dan menuruti keinginannya sehingga kakinya selamat
dari amputasi. Dalam hatinya, Glenn bertekad suatu saat ia akan dapat
berjalan lagi.
Kedua kaki Glenn bengkok dan semua jari kaki kirinya hilang. Setelah perban
dibuka, kedua orang tuanya bergiliran mengurut kakinya setiap hari meskipun
hampir tak ada perubahan. Tapi beberapa bulan kemudian Glenn mencoba berdiri
dan berjalan dengan dibantu oleh ayahnya.
Kakinya tetap diurut setiap hari dan kemudian Glenn Cunningham, yang tadinya
kata dokter ‘tidak mungkin dapat berjalan lagi’, kini bisa berjalan. Glenn
masih merasa kakinya lemah sehingga ia ingin menguatkan kakinya. Ia mulai
berlari pada setiap kesempatan.
Ia berlari ke sekolah, ia berlari ketika mengikuti paduan suara, ia berlari
ke toko daging, ia berlari di lapangan, ia berlari mencari kayu bakar dan
berlari pulang dengan kedua tangan penuh kayu. Ia tidak pernah berjalan
apabila ia bisa berlari.
Lima tahun kemudian, ketika berumur 13 tahun, ia memenangkan gelar juara
lari di Morton County Fair. Sejak itu ia semakin sering mengikuti kejuaraan
lari dan selalu berhasil menjadi pemenang. Glenn Cunningham menjadi juara
lari bukan karena kakinya kuat, bahkan kaki itu pernah hampir dibuang.
Glenn menjadi juara karena ia berlari pada saat semua orang berjalan.

Originally posted 2012-10-11 10:21:26.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *