Buta itu cinta!
“Terima kasih Tuhan!” itulah ucapan pertama saya tiap pagi, setelah saya bangun tidur. Karena begitu saya membuka mata saya tiap hari, saya bisa melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan itu, taman yg hijau, bunga yg warna-warni, langit yg biru.
Ini bagi saya merupakan berkat yg sangat indah, karena kita bisa menikmati karunia melihat ini semuanya, apakah Anda bisa membayangkan bagaimana kalau kita dilahirkan dlm keadaan buta? Hidup kita dlm kegelapan terus-menerus? Jangankan gelap terus menerus, lampu mati satu jam saja kita sudah bingung!
Ada seorang mahasiswa yg ingin mencoba bagaimana rasanya menjadi orang buta? Kesulitan apa saja yg harus dihadapi oleh mereka yg tidak bisa melihat? Untuk itu ia mencoba melakukan experiment, dimana ia menutup matanya selama tiga bulan. Hal pertama yg ia rasakan ialah kehilangan kemandiriannya, jangankan untuk jalan keluar untuk mengambil pakaian saja tidak bisa, disitulah ia baru bisa merasakan betapa menderitanya seseorang yg tidak bisa melihat. Pada saat akhir experiment, setelah ia bisa membuka mata dan melihatnya kembali, ucapan pertama yg ia ucapkan ialah: “Terima kasih Tuhan, bahwa Tuhan telah memberikan kepada saya kesempatan untuk bisa melihat semua ciptaan Tuhan!” Disisi lain ia telah bisa mendapatkan hikmah untuk bisa menilai sesuatu bukan hanya dari kulit luarnya saja, bukan dari bungkus atau mereknya saja. Apakah penting merk pakaian seperti Aigner, Boss, Christian Dior? Apakah penting mobil bergengsi seperti BMW, Mercedes? Apakah penting gereja yg indah? Apakah penting kosmetik pemoles wajah? Apakah penting untuk menilai seseorang dari warna kulit? Apakah penting menilai seseorang hanya dari wajah apakah ia bermata sipit, atau bermata biru ataukah ia botak? Apakah penting penampilan wajah maupun paras cantik? Apakah penting rumah dan kebun yg indah? Apakah penting untuk tinggal di daerah permukiman elit?
Untuk orang tunanetra semua ini sudah tidak mempunyai daya tarik lagi, ia tidak membutuhkan semuanya ini! Ia tidak akan tergoda lagi oleh segala macam merek dan segala macam barang yg indah2, sebab semuanya itu tidaklah penting bagi dia! Ia tidak lagi tertarik dari segi dekorasi atau bentuknya makanan, melainkan rasanya itu jauh lebih penting daripada dekorasinya. Ia tidak tertarik dan tidak membutuhkan penampilan luar! Maka dari itu saya yakin hidup kita akan jauh jauh lebih murah kalau mulai besok kita belanja atau membeli sesuatu tidak berdasarkan bungkus, maupun penampilan luarnya! Dan sayapun yakin kita akan mendapatkan lebih banyak kawan, kalau kita tidak menilai seseorang hanya dari segi bungkus dan penampilannya saja!
Ketika si Pulan dilahirkan ia masih bisa melihat s/d usia 8 th, tetapi karena kena penyakit akhirnya ia menjadi buta total dan tidak bisa melihat lagi. Tentu Anda bisa membayangkan bagaimana perasaannya si Pulan kalau dgn seketika dunianya menjadi gelap gulita, se-akan2 layar tabir kehidupannya ditutup, sehingga ia tidak bisa melihat dan menikmati lagi keindahan alam ini. Ia menjalani sisa kehidupannya sebagai seorang tuna netra.
Walaupun demikian ia merasa beruntung, karena telah bisa mendapatkan pasangan hidup, seorang wanita yg tidak buta tetapi bersedia untuk dijadikan istrinya. Kenapa wanita ini memilih seorang tuna netra sebagai calon suami? Karena wajah wanita itu sendiri telah rusak kebakar, sehingga ia tidak bisa mendapatkan seorang suami, jangankan untuk mendapatkan jodoh, pergi keluar rumahpun ia sering sekali menjadi bahan ejekan dan tertawaan orang, bahkan anak kakaknya sendiri yg masih kecil merasa takut melihat wajahnya. Oleh sebab itulah ia mencari seorang suami yg tidak menilai dia dari segi wajahnya, ia mencari suami yg bisa mengasihi dia bukan berdasarkan dari segi penampilan luarnya.
Mereka berdua bisa hidup bahagia dgn penuh keharmonisan dan kasih sayang bahkan mereka telah dikaruniakan dua orang anak sehat. Pada suatu hari si Pulan pulang dgn perasaan riang gembira: “Mam, aku punya satu surprise yg sangat menyenangkan?”kata si Pulan, “Aku akan bisa melihat lagi, masa gelap hidup saya akan berakhir!”ucap si Pulan kembali. Bagi si Pulan ini merupakanhadiah yg terindah dan terbesar yg Tuhan akan berikan selama hidupnya.
Maklumlah karena hal inilah yg ia impi2kan dan yg ia dambakan di dalamkehidupannya. Tiap hari si Pulan berdoa ber-kali2 kepada Tuhan, dan memohon agar sekali saja di dlm hidupnya, walaupun hanya untuk beberapa detik sekalipun juga untuk bisa melihat wajah istri dan anak2nya yg tercinta. Rupanya Tuhan telah mengabulkan doanya dimana dlm waktu yg dekat ini ia akan bisa melihat lagi seperti sediakala. Seorang Dr. ahli mata dari Jerman, telah menyatakan kesediaannya untuk mengoperasi si Pulan, sehingga akhirnya ia bisa melihat lagi. Berdasarkan hasil pemeriksaannya ia menyatakan bahwa ia yakin bisa menolong si Pulan sehingga ia bisa melihat lagi. Dan minggu yg akan datang ia sudah bisa di operasi.
Apakah Anda bisa membayangkan, bagaimana perasaan si Pulan setelah 22 tahun buta, akhirnya ia akan bisa melihat lagi? Ia akan bisa melihat kembali, semua keindahan alam yg pernah ia lihat sebelumnya selama 8 th, bagaimana hijaunya rumput itu, bagaimana birunya langit. Ia akan bisa melihat dan menikmati lagi isi dunia ini dgn segala macam warna yg indah2, tetapi yg lebih penting dari segala2nya ialah ia akan bisa melihat wajah istri dan anak2nya yg terkasih, yg belum pernah ia lihat selama hidupnya.
Apakah surprise ini menyenangkan istrinya? Disatu pihak ia merasa senang kalau suaminya bisa melihat kembali, tetapi dilain pihak ia merasa sangat takut sekali. Ia merasa takut, apakah kehidupan kekeluargaan mereka akan bisa tetap berjalan seperti sediakala dgn penuh kasih dan keharmonisan? Ia takut perkawinannya akan menjadi kandas, ia takut rumah tangganya akan menjadi hancur. Ia merasa takut, bagaimana kalau suaminya nanti melihat wajahnya yg buruk dan sudah rusak ini. Ia merasa takut suaminya tidak akan bisa dan mau mengasihinya lagi, bahkan ia takut di tinggal oleh suaminya, karena penampilan luarnya yg buruk dan rusak terbakar. Bahkan ia berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan dosa, karena ia merasa bersalah, sebab ia tidak mampu berbagi rasa dan bisa turut merasakan perasaan gembira bersama suaminya. Ia merasa perasaan egoisnya terlalu besar, karena ia terlalu mengasihi suaminya.
Perasaan gembira bahwa suaminya akan bisa melihat kembali, telah di tutup oleh rasa takut tak terhingga. Apakah salah kalau ia sangat mengasihi suaminya? Apakah salah kalau ia merasa takut ditinggal oleh suaminya? Walaupun demikian ia tidak mau mengungkapkan perasaan ini kepada suaminya, ia tetap pendam di dlm hatinya.
Semakin mendekati hari H, dimana ia akan bisa melihat kembali, semakin senang perasaan si Pulan, bahkan kawan2 maupun tetangganya sekampung sudah mengetahui berita bahagia ini dan semuanya turut mengucapkan selamat dan turut menyatakan kebahagiaan mereka, hanya istrinya seorang semakin mendekati hari H, semakin cemas ia rasakan dan rasa takutnyapun semakin besar. Istrinya tetap tidak mau mengungkapkan perasaannya, karena ia tidak mau merusak kebahagiaan maupun harapan dari suaminya. Walaupun ia tidak mengucapkannya, tetapi hal ini terasakan sekali oleh suaminya, karena istrinya yg tadinya periang se-olah2 berubah menjadi semakin pendiam dan sering melamum.
Hari H pun tiba, sejak jam 4 pagi si Pulan sekeluarga telah bangun, karena bagi si Pulan hari ini adalah hari yg terindah di dlm kehidupannya. Dan juga seperti persyaratan dari Dr. sejak kemarin ia sudah puasa tidak makan maupun minum lagi. Tepat jam 8.00 pagi bel bunyi rumah bunyi, rupanya supir taxi yg akan menjemput si Pulan telah tiba, si Pulan berjalan keluar untuk membukakan pintu, tetapi istrinya pergi ke kamar tidur untuk berdoa sambil menangis. Ia tidak mau dan tidak bisa pamit lagi dari suaminya, karena perasan takutnya sudah tidak tertahankan lagi.
Pada saat ia berlutut dan berdoa, sambil berlinang air matanya keluar, tiba2 ia merasakan belaian tangan yg membelai kepalanya dari belakang dgn penuh kasih sayang. Ternyata itu adalah tangan suaminya, ia berkata: “Mah, saya tidak jadi pergi, saya telah membatalkan jadwal operasinya, karena saya tidak jadi dan tidak akan mau di operasi lagi. Bagi saya kasih sayangmu ada jauh lebih indah dan lebih berharga daripada bisa melihat. Buat apa saya bisa melihat, kalau setelah itu hubungan dan keharmonisan hidup kita berdua menjadi rusak. Kasih sayangmu ada jauh lebih berharga dan lebih indah, daripada mata yg bisa melihat lagi. Biarlah saya tetap buta sampai dgn akhir ajal saya, yg penting kita bisa berkumpul dgn penuh kasih sayang untuk se-lama2nya.!”
Karena kasih kepada istrinya ia rela berkorban. Ia rela untuk hidup sebagai seorang tuna netra untuk se-lama2nya, apakah kita bersedia dan mau berkorban untuk orang yg kita kasihi seperti cerita yg tsb diatas?
Tidak semua orang tunatera ingin bisa melihat kembali seperti pengarang dari lagu “Blessed Assurance”, dimana ia memberikan kesaksiannya dlm lagu tsb. Fanny Crosby, yg telah membuat komposisi dari ribuan lagu, pada saat ia berusia 6 minggu ia menderita penyakit infeksi yg mengakibatkan ia menjadi buta dan dalam usia 8 tahun, pada saat anak2 lain sedang bermain diluar dgn cerianya ia menulis puisi yg tercantum dibawah ini:
Oh, what a happy soul am I! Although I cannot see, I am resolved that in this world contented I shall be. How many blessings I enjoy that other people don’t. To weep and sigh because I’m blind, I cannot–and I won’t!
Maranatha
Mang Ucup
Originally posted 2015-05-05 08:33:55.