Buying In to the Lie, by Bo White

0
in to the lie

Bo White menerima gelar M.Div-nya dari Covenant Theological Seminary yang berada di bawah Presbyterian Church of America. I pernah melayani di Twin Oaks Presbyterian Church di sebuah kota kecil St.Louis, dimana ia tinggal dengan istrinya Tamara.
Langkah awal yang dilakukan sangat di luar dugaan; dan setelah kira – kira 90 menit kita semua pergi dengan buku agenda yang telah terisi, hati kami berpacu dengan stres baru tentang hari esok, dan jiwa kami seakan terhisap habis sehingga kami cepat merasa lelah. Kami mengingatkan diri kami akan banyak martir dalam sejarah gereja yang dianiaya, dihina, dibakar hidup – hidup, dibuang dari tempat asal, disalibkan, dirajam, ditenggelamkan dan dipenggal. Maka kami bertahan semampu kami, dengan jadwal kami yang penuh, sepenuh yang dapat kami isi; demikianlah kami, menuntut diri kami di antara mereka yang menderita untuk Kristus.

Akhir bulan April ini, saya melakukan perjalanan ke San Anselmo, California, untuk mengikuti retreat di hari Sabbath yang diadakan oleh Youth Specialities. Sesuatu yang menarik terjadi dalam perjalanan yang telah membuktikan sesuatu tentang kepemimpinan saya, perjanjian saya dengan anggota, dan cara hidup saya dengan Tuhan. Singkatnya, saya belajar untuk mendengarkan lagi mengenai semuanya. Ada hal lain yang saya pelajari; tetapi pada kenyataannya, hal lain itu tidak pernah akan dapat saya hadapi jika telinga saya tidak dibersihkan. Saya jatuh pada kesalahan yang sama dengan banyak orang dalam pelayanan-mengingat semua orang ingin mendengar saya berbicara tentang Alkitab. Pada kenyataanya, manusia perlu untuk mendengar dari Tuhan, dan kadang – kadang saya perlu untuk diam sehingga hal itu dapat terjadi.

Listening to God
Beberapa bulan yang lalu, saya menyadari bahwa kami memerlukan staff, dan pertanyaan yang ditanyakan kepada saya pada level kepemimpinan adalah “Siapa yang akan mengisi kekosongan itu?” Itu bukanlah pertanyaan yang buruk, tetapi itu juga bukan pertanyaan yang baik. Kami tidak ingin asal asalan hanya untuk mengisi kekosongan dalam gereja dengan seseorang sehingga program kami dapat terus berlangsung tanpa terganggu. Kami ingin menjangkau orang dengan Injil yang hidup dan membawa mereka kepada hubungan dengan Yesus yang hidup yang kuburnya telah kosong. Jadi pikiran saya melayang pada studi pembelajaran pada retreat di California dan pada Yesus sendiri. Berpusat pada saat Yesus dalam memanggil murid, apakah ia mengumpulkan kepemimpinan rumah ibadat, membuat rincian tugas, dan membuat daftar calon yang mungkin? Apakah Yesus bertemu orang – orang penting dan menjalin hubungan dengan mereka untuk menanyakan pendapat mereka dan mulai mengumpulkan daftar orang yang potensial? Tentu tidak. Pada kenyataannya, berpusat pada memanggil siapapun, Yesus menghabiskan waktu selama 40 hari di padang gurun, dicobai Iblis dan dipimpin oleh Roh Kudus.

Kedua pengalaman tersebut terlihat normal daripada apa yang dapat kita akui. Ketika kita berusaha untuk mendengar suara Tuhan, walaupun kita ingin mengikuti pimpinan Roh Kudus, kita akan dicobai oleh Iblis. Bagaimana kita dapat membuat keputusan yang bijaksana? Mendengarkan harus menjadi hal yang utama dalam hidup kita jika kita ingin bertumbuh menjadi seorang pemimpin dan sebagai orang yang berusaha mencari Tuhan. Yesus merespon pencobaan tersebut dengan Firman Tuhan, tetapi Ia tidak merespon setelah benar – benar mendengarkan. Ia mendengarkan

Roh Kudus dan apa yang keluar dari mulutnya adalah hasil dari mendengarkan.
Ketika saya memikirkan pekerjaan staff saya dan hasil rapat yang saya hadiri pada rapat mingguan, saya dengan sedih mengakui bahwa mendengarkan bukanlah pekerjaan ataupun keberanian. Kebiasaan yang biasa kita lakukan, saat teduh dan pembelajaran untuk mendengarkan Tuhan saja tidak dilakukan dengan seharusnya. Tetapi saya tidak menyalahkan ketidakmampuan saya untuk mendengar dengan baik dalam kebiasaan kita. Saya mengakui saya   dengan cerdik dibawa pada sebuah kebohongan bahwa jadwal yang padat menandakan bahwa pelayanan itu telah berhasil.

Saya siap mengakui bahwa saya telah mempercayai kebohongan bahwa duduk selama beberapa jam, berdoa untuk kaum muda di gereja, membaca Firman Tuhan, mendengarkan pembinaan, mencari wajah Allah bukan sebagai tugas pendeta seperti kunjungan rumah sakit, mengajar, atau pendalaman Alkitab dalam kelompok kecil. Saya juga mengakui bahwa saya mendorong staff saya untuk sibuk dan juga meminta mereka untuk melakukan apa yang mungkin mereka lakukan-dalam pekerjaan Tuhan tanpa mendengarkan suara Tuhan. Saya meminta mereka untuk mengharapkan badai berkat dan kegemparan dalam acara pemuda daripada mendengar pada suara Allah yang lembut dan tenang. Saya menutupi kebohongan itu.

Listening to One Another

Seorang teman dekat saya mengajarkan kepada saya jika anda bukanlah seorang pendengar yang baik, anda tidak mempunyai sesuatu yang baik untuk dikatakan. Saya menemukan hal menarik dalam pelayanan Yesus yang hanya berlangsung selama 3 tahun. Apa yang Ia lakukan selama 29 tahun lainnya dalam hidupnya? Pada usia 12 tahun, apakah ia mencengangkan para ahli taurat dengan khotbah dan pengilustrasiannya yang luar biasa? Sebaliknya, Alkitab memberitahukan kita Yesus mencengangkan para ahli taurat, bukan dengan khotbahnya tetapi dengan pertanyaanNya. Pada kenyataanya, ketika ibuNya datang ke rumah ibadat, ia menemukan Yesus sedang duduk, “Sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada mereka.” (Lukas 2:46). Ia tidak mengajarkan Khotbah di Gunung hingga 18 tahun kemudian.

Francis Schaeffer  pernah berkata jika ia mempunyai waktu selama satu jam untuk dihabiskan dengan seseorang yang ia tidak kenal, ia akan menghabiskan waktu 55 menit pertama untuk mengajukan pertanyaan. Dengan kata lain, ia akan menghabiskan waktu untuk mendengarkan daripada untuk berbicara. Mengapa di dunia ini, kita merasa seakan kita harus berbicara sepanjang waktu? Mengapa kita, yang menjadi pengikut Kristus dan mengajarkan Injil, berjuang untuk duduk diam, mendengarkan dan mengajukan pertanyaan? Tidakkah Yesus sering  menyendiri untuk berdoa dan mendengarkan Tuhan?

Consider the Birds of the Air

Ketika duduk di bangku yang berada di sebuah taman di Selatan California, mata saya tertuju pada sepasang burung yang sedang terbang di atas gunung. Yang seekor adalah burung puyuh, dengan sibuk mengepakkan sayapnya seakan ia akan jatuh jika ia tidak berusaha sekeras mungkin. Burung yang lain, seekor rajawali, membumbung tinggi di atas puncak pepohonan dengan santai. Sayapnya dibentangkan lebar di samping tubuhnya dan ia terlihat anggun melampaui dedaunan dan dahan pohon. Untuk sementara, mata saya terpaku pada perbedaan yang kontras itu dan saya melupakan pada kegiatan di gereja kami yang sedang direncanakan. Saya lupa pada batas waktu dan masalah. Saya hanya menonton dan melihat kedua burung itu.

Saya teringat pada perintah Yesus untuk tidak khawatir tentang hari esok atau tentang makanan, pakaian atau tempat tinggal – renungkanlah burung – burung di udara. Itulah yang saya lakukan. Saya memperhatikan. Dan untuk sementara saya tidak khawatir. Dan ada sesuatu hal menarik yang mengejutkan saya. Burung kecil yang sibuk untuk berusaha bertahan di udara dan rajawali yang mengatasi puncak pepohonan dengan luarbiasa melakukan sesuatu yang biasa. Mereka berdua sedang terbang.
Ketika saya bergumul untuk mendengarkan Tuhan dan orang berkata bahwa saya mungkin benar – benar mengasihi Tuhan dan manusia, saya tahu saya menepuk angin dengan sia – sia. Saya kehabisan waktu dan mungkin terlihat seperti saya akan runtuh pada suatu saat. Saya sibuk membangun sarang, mengumpulkan makanan, dan memberikan anak – anak. Tidak ada waktu untuk santai. Maka saya berhenti dan ingat sebuah pertanyaan, “Tidakkah kaudengar?” (Yesaya 40:28)

Apakah anda mendengarkan belakangan ini? Ketika saya berhenti dan mendengarkan, saya teringat bahwa “orang – orang menanti – nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31) Saya pendengar yang buruk, tetapi dengan kasih karunia Tuhan, saya akan tenang dan terbang kembali.?

Originally posted 2014-10-05 15:36:33.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *