Generasi Kita Bukanlah di Tangan PRT
Pengalaman nyata yang dialami oleh rekan sahabat saya patut jadi bahan pertimbangan para pembaca. Hal ini memang simple tapi menyangkut generasi-generasi kita ke depan nanti.
Tommy dan Cindy (masing-masing bukanlah nama mereka yang sebenarnya)adalah sepasang suami istri yang baru mempunyai si buah hati yang mungil dan lucu berusia sekitar 9 bulanan begitulah kira-kira. Kedua-duanya seorang pekerja di perusahaan yang sama dan dulunya mereka berkenalan dan menemukan perjodohan di perusahaan tersebut. Mereka berdomisili di kota Jakarta dan tinggal di perumahan yang cukup mewah, tentu saja mereka peroleh dari the best company yang ada di Indonesia yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang memuaskan bagi para employer apalagi bagi yang punya jabatan hebat di perusahaan itu.
Mereka berdua meng-hire seorang baby sitter yang merangkap membantu RT mereka. Dari segi ekonomi sebenarnya mereka sanggup meng-hire baby sitter khusus, PRT khusus dan seorang gardener. Namun karena kalkulasinya terlalu ngirit semuanya pekerjaan RT hampir dirangkap si Mira(begitulah kira-kira nama sang pembantu tersebut maaf tanpa bermaksud menyinggung perasaan yang lain).
Mungkin karena lelah dan gaji yang tidak balance dengan apa yang ditanggung oleh si Mira maka sering terjadilah hal-hal yang tidak menyenangkan ini.
Kebiasaan si Mira rupanya punya koneksi dengan para gelandangan yang sering mejeng meminta-minta di lampu-lampu merah kota tersebut. Atau mungkin dulunya sang agen mengambil para pembantu dari kalangan ini. Hubungan si Mira dan si Minah(nama gelandangan itu) samakin lancar-lancar saja karena sang majikan pun belum mengetahuinya saat itu.
Suatu saat entah kenapa si Tommy dan Cindy lekas pulang dari kantornya.
Tiba-tiba di perempatan lampu merah tentu saja mobil yang di kendarai eleh pasangan yang bahagia ini berhenti oleh rambu-rambu jalan itu. Tiba-tiba yang namanya sang ibu yang nalurinya lebih tajam dari sang bapak dikejuntukan oleh suatu hal yang membutanya agak shock. Dari balik kaca mobil yang agak gelap ala reben BMW itu dia lihat kok gelandangan wanita itu memangku seseorang yang mirip sekali dengan buan hatinya. Kebetulan rambu-rambu merah itu agak lama, maka sempatlah lama dan puas sekali dia memandangin si buah hatinya yang wajahnya agak dicoreng moreng agar kelihatan lebih dekil sedikit. Dia tidak buka kaca mobil dan tidak langsung turun dan tidak beritahu pada suaminya yang pada saat itu mungkin sedang mengalihkan pandangan yang lain.
Sesampainya di rumah dia sengaja tidak langsung tanya pada si Mira.
Ditariknya suaminya ke kamar mereka yang saat itu memang master bad room berada di lantai ke 2 karna rumah tersebut dalam bentuk two story, sementara kamar baby di lantai pertama berseberangan dengan kamar si Mira untuk memudahkan si Mira bergerak kesana kemari kalau ada apa-apa.
Cindy pada saat itu berusaha menunjukkan wajah yang setenang mungkin thd Mira. Dia masih sempat pura-pura bertanya pada Mira apakah si baby mungil itu sedang tidur jadi dia seolah-olah tak perlu mengganggunya untuk sementara atau mengecek ke kamar si baby, padahal nun jauh di hati Cindy kalau dia begitu GERRRAMMM SEKALI dan ingin MENAMPAR, MENUNJANG, MENJAMBAK, MENG-INJEK-INJEK dan MENGUSIR si Mira PRTnya itu.
Wajah si Mira yang pada awalnya agak shock menyambut kedua pasangan suami istri yang datangnya 1 jam lebih cepat dari yang biasanya tersebut kini kilihatan agak aman setelah melihat Cindy dan Tommy beranjak menuju kemar mereka yang di lantai atas.
Cindy menceritakan pada sang suami akan apa yang dia lihat dan dia curigakan.Tentu saja yang namanya lelaki ingin langsung menubruk ke kamar sang baby ingin membuktikan dengan segera. Cindy memaksa dan membujuk sang suami dan menerangkan dengan kepala dingin. Bila seandainya dia turun di perempatan lampu merah dan merebut buah hatinya itu, sudah barang tentu sang gelandangan akan membela hak nya. Orang lain tak akan semudah itu mempercayainya, hal ini bisa menjadi umpan balik padanya, malah dia yang bisa di borgol tuk sementara sebelum proses pengadilan dan test DNA dilanjudkan. Dalam hal ini prosesnya akan memakan waktu yang panjang.
Bila dia langsung marah pada Mira dan melihat ke kamar si baby dan melihat ternyata si baby tak ada di dalam kamar dia pikir bisa saja si Mira berbohong mungkin ada penculik yang masuk nyelonong dari pagar rumah tersebut ketika si Mira sedang melakukan pekerjaan yang lain-lain. Bisa saja si Mira membuat strategi yang lain-lain jauh sebelumnya apa bila terjadi hal-hal manakala si Cindy dan Tommy datang pada saat yang mendadak. Hal itulah yang menerangkan dalam benak Cindy yang sebenarnya sedang kalang kabut.
Tommy berusaha menenangkan pikirannya yang turut kacau dan hampir tak percaya itu. Cindy mengamarkan pada sang suami bahwa lebih baik kita tunggu kira-kira satu jam lagi ambil mengintip perlahan-lahan dan berjaga-jaga dari balik gorden kamar lantai atas tersebut tuk memandang ke pekarangan depan di balik gerbang pagar besi sambil berharap munkin dari arah pintu gerbang pagar besi itu sang gelandangan akan mengantar anaknya kembali tepat sebelum jam-jam sang majikan pulang. Kelihatan-nya schedule memang sudah diatur sedemikian rupa dan hal ini mungkin sudah sering dilakukan, begitulah kira-kira dalam benak Cindy.
Analisa dan logika Cindy memang benar-benar tidak meleset. Kira-kira sekitar satu jam memang sang gelandangan mengantar sang buah hatinya.
Mira sambil tergesa-gesa dan memberi isyarat pada gelandangan tersebut kalau sang majikan datang lebih awal dari yang biasanya sambil menunjuk-nunjuk ke arah jendela kamar atas sang majikan yang keduanya tidak menyadari kalau pasangan suami istri tersebut sedang mengamati dan sudah tidak kuat menahan GERRRAMM sambil menggigit bibir meraka masing-masing. Sang gelandangang kabur secepatnya sambil memberikan sebahagian hasil minta-mintanya pada Mira, karna rupanya anak itu memang sudah sering di boking sang gelandangan sebagai variasi dalam menambah iba bagi para pemberi sedekah yang lalu lalang di lokasi itu.
Mira pikir dia akan aman dan menarik nafas sembari mau membersihkan si baby mungil itu, tapi tiba-tiba apa yang terjadi? Dunia berguncang, bumipun bergetar pada saat tamparan demi tamparan, jambakan demi jambakan dan hampir-hampir saja kedua pasang suami istri naik pitam dan membunuhnya. Sampai akhirnya di ketahui para tetangga yang berdatangan dan akhirnya melerai peristiwa itu dan menyelesaikan dengan kepala dingin pula. Mira minta maaf sambil menyembah-nyembah kaki sang majikan karna dia yakin kalau dia tidak akan pernah kerja lagi di rumah itu. Bagi dia itu tak masalah, tapi yang dia takutin adalah PENJARA dimana dia akan segera di-kurung disana. Singkat cerita yang namanya Mira tetap menjalani kurungan penjara itu.
Dengan adanya trauma yang dasyat itu Cindy dan Tommy berjanji tidak mau jauh dari sang buah hatinya. Kini Cindy dengan ikhlas mengorbankan jabatannya untuk merawat si mungil sendiri dan urusan yang lain-lain meraka meng-hire PRT yang tentunya sudah lebih diseleksi.
Begitulah kejadian yang disampaikan oleh sahabatku yang saat itu buru-buru pulang ke Bandung membawa anak-anaknya karena kejadian rekan sekerjanya sahabatku ini pindah ke Bandung dan tinggal kembali bersama mertua yang kebetulan memang cukup baik dalam membantu mendidik anak-anak sahabatku yang masih kecil itu.
Di abad mordern ini banyak kaum wanita merasa malu kalau mereka statusnya sebagai ibu rumah tangga, bahkan banyak para suamipun mengharapkan kalau para istri turut berperan menjadi TOTAL FOOT BALL dalam menambah penghasilan rumah tangga. Wanita yang tradisionil sangat langka pada masa kini.
Pendidikan untuk generasi mendatang berfokus dalam rumah tangga.
Wanita,istri sebenarnya berperan aktif sebagai ujung tombak pendidikan dalam rumah tangga apa lagi dalam mendukung karier suami. Istri bisa saja berpendidikan tinggi, namun apabila sang buah hatinya lahir relakan waktumu, sentuhanmu, emosimu tuk memelihara sang buah hatimu. Waktu yang dibutuhkan memang tidak lama, 7 tahun sampai dia mulai memasuki SD, kalau boleh ambil keluarga terdekat adik atau sepupuh yang dipercaya untuk menemani sang bocah pabila si ibu sudah tidak tahan meneruskan keriernya kembali di kantoran.
Tapi banyak orang-orang sekarang menyuruh ibu(nenek kakeknya)memelihara bayi-bayi meraka. Wah…sudah orang tua capek-capek, melahirkan, mengurus atau mendidik kita namun mereka tidak pernah pensiun dalam hal ini. Memang hal sperti ini better than nothing, tapi sepertinya dijaman modern ini ada tempat penitipan bayi-bayi tuk wanita-wanita yang berperan sebagai TOTAL FOOT BALL yang jelas ini pun tidak menjamin seratus persen.
Dari hasil riset yang kami peroleh bahwa anak-anak yang dititip seperti ini menjadi hyper aktif dan over dosis dalam pergaulan.
TOTAL FOOT BALL bisa membuat gawang kebobolan. Bila sang ibu cenderung seperti itu contoh hasil pengalaman sahabat kami bisa terjadi, kecenderungan anak-anak yang suka membuat RETORICAL QUESTIONS yang harusnya thd orang tuanya kini dijawab sang PRT atau orang lain yang kita titip. Hal ini bukan saja mengancam masa kecilnya namun sekaligus menghancurkan masa depannya dan gawang keluargapun KEBOBOLAN, generasi mendatang pun pudar.
Camkanlah ini.
Penulis pernah bekerja sama dalam bidang pendidikan anak-anak kecil pada saat di Indonesia dan di US pernah bergabung dengan AARC(Assocasion Asian Resource Centre)
Originally posted 2013-08-02 01:58:04.