Hikmah dalam setiap kejadian
Suatu ketika usai makan siang bersama rekan-rekan karyawan di kantin, saya dan beberapa teman asyik mengobrol, ngalorgidul tak jelas arahnya. Banyak sekali bahan perbincangan yang terlontar dari mulut kami, mulai dari ekonomi, politik, hobi, kendaraan, hingga pengalaman hidup yang telah dijalani. Semua cerita sambung-menyambung tanpa henti.
Meski obrolan semacam ini hampir setiap hari kami lakukan, entah kenapa siang itu saya dengan serius menyimak hampir semua obrolan, apalagi ketika seorang teman bercerita tentang pengalaman dirinya yang pernah mengalami pemerasan oleh komplotan pedagang kaki lima di blok M, wah seru sekali. Ia menceritakan kejadian ketika saat itu dirinya membeli segelas cendol pada pedagang kaki lima tanpa bertanya harganya terlebih dahulu. Setelah habis meminum segelas es cendol, ketika akan membayar, betapa kagetnya ia karena harga segelas cendol yang telah diminumnya dihargai 2 kali lipat dari harga pedagang es cendol lainnya. Kontan saja ia protes, tetapi protesnya itu justru menarik perhatian teman-teman pedagang es cendol yg sedang berada di situ yang segera saja mengerumuninya. Khawatir akan membuat keributan akhirnya iapun kemudian terpaksa membayarnya.
***
Setiap orang saya rasa pasti pernah merasakan kejadian buruk dalam hidupnya. Terlepas dari besar-kecilnya kejadian, menurut saya sudah sepantasnya kita melupakan kejadian-kejadian buruk yang dapat menghambat aktivitas kehidupan kita. Hal inilah sebenarnya yang menjadi alasan mengapa saya selalu enggan ketika diminta bercerita hal-hal buruk yang pernah saya alami, selain takut menimbulkan traumatis juga takut ditertawakan nantinya. Namun suatu kali ketika saya memaparkan teori saya tersebut pada seorang teman, ia hanya tersenyum lalu menimpali, “Setiap kejadian buruk yang menimpa kita sebenarnya bukanlah hal buruk, tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Karena setiap kejadian itu sudah ada ketetapannya dari Yang Maha Kuasa, sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengambil hikmah dari kejadian tersebut”. Mendengar nasihat itu saya hanya tersenyum, mengangguk menyetujui.
Seorang teman lain pernah bercerita pengalaman buruknya karena membohongi orangtua. Diawal-awal perkuliahannya dulu, setiap kali membeli buku-buku ataupun peralatan kuliah ia selalu meminta uang lebih pada orang tuanya. Kelebihan uang itu kemudian ia pergunakan untuk bersenang-senang. Bahkan sempat beberapa kali ia berbohong ketika jatah uang bulanannya habis terpakai, ia meminta uang dengan alasan untuk membeli peralatan kuliah. Lalu diakhir semester yang sama kejadian buruk menimpanya, HP kesayangannya hilang dicuri orang. Dengan diliputi rasa sedih dan cemas akan dimarahi, akhirnya ia terpaksa mengadukan kejadian itu pada orangtuanya. Namun ternyata ketakutannya itu tidak terbukti, teman saya itu tidak dimarahi sedikitpun bahkan sebaliknya ia diberikan uang untuk segera membeli HP pengganti. Malam usai membeli HP baru, saat masuk ke dalam kamar, sehelai kertas bon pembelian buku jatuh tepat dikakinya. Seketika itu juga ia teringat akan kelakuan buruknya yang sering berbohong. Lalu
sekedar iseng diambilnya kalkulator, kemudian ia hitung berapa kira-kira jumlah uang yang telah dikorupsinya dari pembelian buku dan peralatan kuliah selama itu. Dan ketika melihat hasil perhitungan, betapa kagetnya ketika dilihatnya jumlah nominal uang itu ternyata jumlahnya sama dengan harga HPnya yang hilang…
Ah! memang hidup ini hanya sebuah runtutan peristiwa yang menyambung silih berganti. Kejadian buruk ataupun kejadian baik sekalipun pasti ada hikmah yang dapat diambil tergantung seberapa besar kesediaan kita melihat sisi lain dibalik setiap kejadian. Pagi tadi saya melihat sebuah TVcommercial di sela-sela acara, sebuah iklan produk susu yang menganjurkan para perempuan meminum produk susunya untuk mencegah pengeroposan tulang di saat tua. Wajah wanita tua yang bungkuk karena pengeroposan tulang itu mirip sekali dengan wajah nenek saya, hanya bedanya beliau meski telah memasuki usia 90 tahun namun tetap gagah dan mampu berjalan tanpa bantuan tongkat. Saya jadi ingat pula perkataan seorang teman yang berkata, bahwa hari tua kita nanti itu adalah gambaran kehidupan kita di saat muda. Teori ini tidak saya sanggah ataupun membenarkan, namun saya rasa Tuhan itu adil, Ia tahu harus bagaimana memperlakukan hambanya.
Berkaca pada kehidupan nenek saya, seorang vegetarian yang begitu dekat dengan kaum dhuafa, saya tidak tahu harus berkata apa. Mungkin yang say perlukan hanya sebuah do’a, agar keikhlasan selalu hadir menyertai setiap langkah kehidupan yang saya tempuh. Semoga baik ataupun buruk kejadian yang menimpa diri ini, saya tetap mampu melihat sisi-sisi lain yang tersembunyi.
Originally posted 2013-01-26 08:39:44.
nice… moga pembaca lainnya terinspirasi atas cerita ini… 🙂