Kesempatan untuk berhasil akan tertutup, apabila Anda takut gagal
Alkisah seorang Pedagang kaya di tanah Jawa ingin mengetahui mana dari ketiga anaknya yang siap menggantikannya kelak kalau ia meninggal dunia. Maka dipanggilnyalah ketiga anaknya itu ke hadapannya. Kepada masing-masing anak ia berikan satu uang logam yang bergambar burung merak di satu sisinya dan gambar kuda di sisi yang lain. “Anak-anakku, kalian akan aku ajak bermain,” kata sang Pedagang, “Siapa yang mendapat angka tertinggi yang akan memenangkan permainan ini.” Caraya gampang, lanjut Pedagang kaya itu, bahwa mereka masing-masing akan diberikan kesempatan untuk melemparkan koin itu ke atas dan apabila jatuh kembali dengan sisi koin bergambar kuda di atas, maka nilainya adalah 6. Sebaliknya kalau sisi gamnbar burung ada di atas maka nilainya akan menjadi -1. “Tetapi, kalau kalian tidak melemparkan koin itu, nilainya 2. Saya yang akan menentukan berapa kali kalian masing-masing harus melemparnya. Bagaimana? jelas?” kata Pedagang itu sambil tersenyum lebar.
Dengan disaksikan para pembantu Pedagang, anak pertama mendapat giliran pertama untuk melemparkan koinnya. Wushh, cring cring cring! ternyata sisi bergambar kuda ada di atas, maka ia mendapatkan angka 6. Giliran anak kedua, wush, cring cring cring! ternyata gambar burung di atas, sehingga nilainya -1. Melihat anak kedua mendapatkan nilai -1 maka anak ketiga itu memutuskan tidak melemparkan koinnya. “Saya tidak akan melemparkan koin ini,” katanya. Maka anak ketiga itu mendapatkan nilai 2.
Singkat cerita, Pedagang itu hanya meminta mereka melakukan lemparan sebanyak 3 kali. Hasil akhir nilai mereka adalah, anak pertama mendapat nilai 11 karena dari 3 kali lemparan ia mendapat 2 kali sisi kuda dan 1 kali sisi burung. Anak kedua mendapatkan nilai 4 karena dari 3 lemparan ia hanya mendapatkan 1 kali sisi kuda. Sedangkan anak ketiga mendapatkan nilai 6 karena ia tidak pernah melemparkan koinnya pada ketiga kesempatan yang diberikan kepadanya.
Sang Pedagang mengangguk-angguk kemudian meminta mereka kembali ke tempat masing-masing. Kepada isterinya, sang Pedagang mengatakan, bahwa meski anak anak ketiga mempunyai nilai 6, lebih tinggi dari anak kedua, ia tidak akan cocok menggantikannya. “Ia benar tidak mau rugi, tetapi tindakan tidak mau rugi itu menutup semua kesempatannya untuk bisa mendapatkan keuntungan juga. Bagaimana pun orang harus berusaha. Bukankah dalam segala usaha, hanya ada tiga hal yang bisa dilakukan? Melakukan sesuatu dan berhasil, atau melakukan sesuatu dan gagal, atau tidak melakukan apa-apa dan juga tidak akan mendapatkan apa-apa? “
Originally posted 2011-09-02 07:13:15.