Making Excuses (1 ): Kisah Adam dan Hawa
Ayat bacaan: Kejadian 3:13
====================
“Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
Seberapa besar kita mampu berbesar hati mengakui kesalahan kita? Banyak orang sulit melakukan itu. Meski dalam keadaan terdesak dan jelas-jelas salah sekalipun kebanyakan orang akan tetap berusaha mencari alasan, syukur-syukur bisa menjadi pembenaran, atau setidaknya mengurangi beban kesalahan. Betapa kreatifnya orang ketika menciptakan berbagai alasan dalam pikirannya. Mulai dari alasan klasik seperti kurang sehat, mobil mogok, macet hingga yang jauh lebih kreatif dari itu. Tidakkah anda pernah heran melihat anak-anak kecil saja sudah seperti terlatih untuk mencari alasan dan berbohong padahal tidak ada yang mengajarkan mereka untuk itu? Mungkin kita pun pernah atau masih melakukannya hingga hari ini atau pada waktu-waktu tertentu. Mengakui kesalahan secara tulus tanpa alasan tidaklah gampang, karena kita harus melawan ego, harga diri, wibawa dan lain-lain, bahkan juga harus siap menerima konsekuensi akibat kesalahan kita. Berat memang, dan hal itu sudah ditunjukkan sejak jaman dahulu kala, bahkan pada saat pertama kali manusia jatuh ke dalam dosa.
Ketika Hawa tergiur dengan buah dari pohon pengetahuan tentang baik dan jahat yang terletak di tengah-tengah taman Eden dan kemudian melanggar larangan Allah, di saat itulah kejatuhan manusia ke dalam dosa yang konsekuensinya masih kita rasakan hingga hari ini. Memang benar, adalah ular yang mempengaruhi Hawa untuk memakan buah dari pohon itu, tetapi keputusan apakah mau menuruti Tuhan atau ular ada di tangan Hawa. Hawa memutuskan untuk mendengar ular, dan seterusnya berbagi kepada Adam. Lagi-lagi keputusan ada di tangan Adam apakah ia mau mematuhi Tuhan atau melanggarnya dengan mengikuti kesalahan Hawa. Adam memilih untuk menuruti Hawa. Maka jatuhlah manusia ke dalam dosa untuk pertama kali. Tuhan pun marah menegur Adam. Apa jawaban Adam? “Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kejadian 3:12). Bukan meminta maaf, tetapi dengan segera melemparkan kesalahan kepada Hawa. Lantas Tuhan pun menegur Hawa. Tetapi apa jawab Hawa? “Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (ay 13b). Lihatlah estafet melempar kesalahan yang terjadi pada waktu itu. Dan marahlah Tuhan. Tidak saja ular yang dihukum berat, tetapi Adam dan Hawa pun dijatuhi hukuman berat. Wanita berusah payah mengandung penuh kesakitan, sementara pria harus bersusah payah banting tulang dalam mencari nafkah seumur hidupnya. Semua ini berawal dari pelanggaran terhadap larangan Tuhan dan keengganan untuk mengakui kesalahan secara tulus. Kapan manusia mulai belajar untuk mencari alasan? Dari kisah awal kejatuhan manusia ini kita bisa melihat asal mulanya, yaitu sejak dosa mulai menguasai manusia.
Apa yang dilakukan Adam dan Hawa pada saat perbuatan keliru mereka diketahui Tuhan sungguh berakibat fatal. Dari sanalah dosa kemudian menyeruak masuk menguasai hidup manusia dari masa ke masa hingga hari ini. Adalah kasih Tuhan yang luar biasa besar bagi kita yang akhirnya menyelesaikannya lewat Yesus Kristus. “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” (Ibrani 9:28). Tanpa Yesus niscaya manusia akan terus bergelimang dosa dan kehilangan peluangnya akan keselamatan kekal. Puji Tuhan dan bersyukurlah untuk itu. Saya akan memberikan sebuah contoh lagi besok mengenai “making excuses” atau mencari alasan atas sebuah kesalahan yang dilakukan.
Belajarlah mengakui kesalahan dengan tulus tanpa mencari alasan sebagai pembenaran
Follow us on twitter: http://twitter.com/henlia
Originally posted 2010-11-24 03:03:33.