Making Excuses (3): Kisah Daud
Ayat bacaan: 2 Samuel 12:13a
========================
“Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.”
Drama penyangkalan kesalahan dalam berbagai versi kerap kita saksikan di televisi. Para koruptor, pelaku penipuan dan berbagai tindak kejahatan sudah begitu mahir berkelit dengan berbagai cara, menyampaikan alasan demi alasan mulai dari yang masuk akal hingga yang berbau fantasi bahkan mistis sekalipun agar terhindar dari hukuman. Memang sulit bagi manusia untuk berbesar hati mengakui kesalahan tanpa mengeluarkan alasan sama sekali, dan itu sudah terjadi sejak dahulu, bahkan sejak kali pertama kejatuhan manusia dalam dosa. Kalaupun minta maaf, alasan masih tetap dikemukakan, setidaknya untuk mengurangi tanggungan konsekuensi yang akan ditimpakan atas kesalahan. Ada banyak pasangan suami istri yang terus saling menyalahkan, dan hal itu tidak akan pernah membawa perubahan positif, sebaliknya akan mengarahkan keduanya ke jurang kehancuran. Dari pengalaman saya sendiri, mengakui kesalahan secara tulus dan jujur tanpa alasan akan jauh lebih baik, meski mungkin ada konsekuensi yang harus kita tanggung akibat kesalahan itu. Apakah itu mengakui kesalahan terhadap orang lain, atau kepada Tuhan, permintaan maaf yang tulus tanpa akan lebih cepat selesai ketimbang terus membela diri lewat berbagai alasan yang akan membuat masalah semakin berlarut-larut dan mengakibatkan hilangnya kepercayaan orang kepada kita.
Dua renungan terdahulu berisi tentang contoh tokoh-tokoh Alkitab yang terus berdalih dengan berbagai alasan untuk menutupi kesalahan mereka. Dan kita pun sudah melihat apa akibatnya jika orang menolak untuk mengakui kesalahan dengan terus menciptakan alasan. Adam dan Hawa melakukannya, demikian pula Saul. Hari ini mari kita lihat seorang tokoh yang memilih untuk mengakui dengan jantan segala kesalahannya, yaitu Daud.
Daud memang seorang tokoh besar dalam Alkitab, tetapi dia tetap manusia biasa seperti kita, yang tidak luput dari kekhilafan. Daud terkenal dengan kedekatan atau keakrabannya dengan Tuhan, namun pada suatu waktu ia terjatuh dalam kesalahan besar. Diawali perzinahan dengan Batsyeba, Daud semakin jauh terperosok dalam dosa dengan melanjutkan kesalahannya mengatur kematian Uria, suami Batsyeba agar tewas dalam peperangan. Kisah ini bisa kita baca dengan lengkap dalam 2 Samuel 11. Kesalahan yang tidak main-main, itu jelas. Lalu nabi Natan pun datang menegurnya. Tidak seperti Saul yang terus membuat alasan, Daud mengambil keputusan yang tepat. Daud dengan jujur mengakui kesalahannya secara terbuka. “Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” (2 Samuel 12:13a). Lihat tidak ada pembelaan diri sama sekali dari Daud. Dia tidak mengajukan alasan apapun dan mengakui semuanya secara jujur seraya memohon ampun pada Tuhan. Daud tahu bahwa ia sudah mengecewakan Tuhan dan siap menanggung konsekuensi akibat dosa yang ia lakukan. Konsekuensi tetap jatuh atas Daud, namun itu tetap jauh lebih baik karena kerendahan hatinya untuk mengakui semua kesalahan kemudian berbuah pengampunan. “Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.” (ay 13b). Kita bisa melihat ratapan Daud yang berisi pengakuan dosanya ini dalam Mazmur 51:1-19. Dari rangkaian ayat-ayat ini kita bisa melihat bagaimana Daud memohon ampun dan mengakui dosanya tanpa membuat alasan apapun sama sekali. “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.” (ay 5-6). Daud bukan manusia super yang sempurna. Dia sama seperti kita yang bisa terperosok dalam lumpur dosa. Apa yang membedakan adalah sikap hatinya yang mau mengakui segala kesalahannya dan siap untuk menerima hukuman dengan besar hati. Sebuah keputusan yang baik, karena kelak dalam Perjanjian Baru dikatakan “Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya..” (Kisah Para Rasul 13:36).
Daripada terus berlindung dibalik alasan, jauh lebih baik untuk mengakui kesalahan secara terbuka dan meminta maaf dengan tulus. Meski kita bisa menipu manusia dengan alasan-alasan kita, tetapi kita tidak akan pernah bisa membohongi Tuhan. Melanggar perintah Tuhan berakibat dosa, namun “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9). Yesus juga berkata “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37). Jika memang salah, akuilah dan terimalah konsekuensi dengan ikhlas. Tidak mudah memang, karena kita harus bisa mengalahkan ego, harga diri, wibawa dan lain-lain terlebih dahulu untuk sanggup melakukan itu. Daud adalah seorang raja, tetapi ia mampu melakukannya, dan kita bisa melihat hasilnya yang jauh berbeda dengan Saul, raja sebelum Daud yang mengambil keputusan yang salah dengan mengajukan alasan-alasan sebagai pembenaran. Hari ini marilah kita memiliki kerendahan hati untuk mau meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat tanpa mengambil alasan.
Alasan yang kita buat mungkin bisa menipu manusia, tetapi tidak akan pernah mampu memperdaya Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/henlia
Originally posted 2011-06-23 23:58:27.