Sindrom Kodok
Ini merupakan hasil nyata percobaan ilmiah di laboratorium yang amat sederhana. Seekor kodok ditest reaksinya dalam menghadapi dua bejana yang berbeda pengkondisian suhu airnya. Bejana A berisi air dengan suhu tetap 70 derajat Celcius. Ke dalam bejana ini, si kodok dicemplungkan begitu saja ke dalam air.
Akibatnya, sang kodok bereaksi cepat sekali dengan langsung melompat ke luar
bejana, menyelamatkan diri.
Sementara, bejana B berisi air dengan suhu kamar sekitar 25-26 derajat Celcius. Si kodok yang tadi menyelamatkan diri itupun dimasukkan ke dalam bejana B, dan dia merasa nyaman di dalamnya, jadi tak perlu menyelamatkan diri. Pada saat kodok masih berada dalam bejana B, airnya dipanaskan secara perlahan. Pada suhu
35 derajat, kodok masih tetap bertahan di dalam air, demikian juga pada suhu 40, 45, 50, 55, 60, 65 dan seterusnya secara perlahan sekali sampai pada suhu 70 derajat celcius, sang kodok masih tetap berada di dalam bejana. Akhirnya, beberapa waktu kemudian didapati sang kodok telah mati terebus dalam bejana B tersebut, pada suhu yang sama persis dengan air yang terdapat dalam bejana A tadi.
Mengapa demikian ? Mengapa pada bejana A yang bersuhu tetap 70 derajat Celcius sang kodok langsung sontak melompat keluar menyelamatkan diri, sementara di bejana B yang secara bertahap dipanaskan sampai bersuhu 70 derajat, dia tidak menyelamatkan dirinya ?
Penjelasan ilmiahnya adalah, tubuh kodok secara reaktif menyesuaikan diri dengan suhu di lingkungannya, bahkan sampai kondisi panas yang ekstrim sekalipun. Tubuhnya secara otomatis terus berusaha menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya, dan pada akhirnya dia terlambat sadar bahwa dirinya telah terebus. Sang kodok terlambat untuk menyelamatkan diri dengan cara keluar dari bejana B.
Akibat proses ini, sang kodok terlambat menyadari bahwa proses reaktif penyesuaian tubuhnya terhadap kondisi lingkungan telah menyeretnya kepada kematiannya sendiri.
Bagaimana dengan manusia, apakah sindrom kodok ini bisa terjadi ?
Originally posted 2012-04-27 03:15:16.