Ajari aku memeluk seekor landak

Yulia menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari
ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada.
Yulia masuk lagi. Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi.
Begitu terus selama hampir satu jam. Suara si Mbok yang menyuruhnya
berulang kali untuk makan duluan, tidak dia gubris.
Pukul 18.30. Tinnn… Tiiiinnnnn.. .!! Yulia kecil melompat girang!
Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang sangat dia cintai
itu masuk ke rumah.
Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu mengempaskan diri di
sofa sambil mengurut-urut kepala. Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja
seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si kecil Yulia juga, yang
tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Yulia cuma tahu,
ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang.
“Mama, mama…. Mama, mama….” Yulia menggerak-gerakkan tangan.
“Mama….” Mama diam saja. Dengan cemas Yulia bertanya, “Mama sakit ya?
Mana yang sakit? Mam, mana yang sakit?”
Mama tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata.
Yulia makin gencar bertanya, “Mama, mama… mana yang sakit? Yulia
ambilin obat ya? Ya? Ya?”
Tiba-tiba… “Yulia!! Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!”
Mama membentak dengan suara tinggi.
Kaget…!!
Yulia mundur perlahan. Matanya menyipit. Kaki kecilnya gemetar. Bingung.
Yulia salah apa? Yulia sayang Mama… Yulia salah apa? Takut-takut,
Yulia menyingkir ke sudut ruangan. Mengamati Mama dari jauh, yang
kembali mengurut-ngurut kepalanya. Otak kecil Yulia terus
bertanya-tanya:
Mama, Yulia salah apa? Mama tidak suka dekat-dekat Yulia? Yulia
mengganggu Mama?Yulia tidak boleh sayang Mama, ya? Berbagai peristiwa
sejenis terjadi.
Dan otak kecil Yulia merekam semuanya. Maka tahun-tahun berlalu. Yulia
tidak lagi kecil. Yulia bertambah tinggi. Yulia remaja. Yulia mulai
beranjak menuju dewasa.
Tin.. Tiiinnn… ! Mama pulang. Papa pulang. Yulia menurunkan kaki dari
meja. Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci
pintu. Menghilang dari pandangan.
“Yulia mana?”
“Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya.”
Malam itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyian berpikir
dengan hati terluka: Mengapa anakku sendiri, yang kubesarkan dengan
susah payah, dengan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu
bersama-sama denganku? Apa salahku? Apa dosaku? Ah, anak jaman sekarang
memang tidak tahu hormat sama orangtua! Tidak seperti jaman dulu.
Di atas, Yulia mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam.
Dari jauh. Dari tempat di mana ia tidak akan terluka. “Mama, Papa,
katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak?”
Kata Bijak Hari Ini:
Satu cara terpenting dalam membantu anak-anak tumbuh dewasa adalah: kita
harus tumbuh dewasa terlebih dahulu.

Originally posted 2008-02-12 09:01:23.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *