"Apakah yang sedang saya bangun saat ini ?".

0
2jpg-20211227083003-1.jpeg

Di awal bulan Juni 2007 ini adalah saat yang paling luarbiasa dalam hidup saya. Saya telah memutuskan untuk memulai karir saya bukan dari kantoran tapi dengan bekerja menjadi wirausaha mandiri. Dimana saya bisa menjadi Manager atau Direktur tanpa harus bekerja di kantor.

Sebelumnya saya tidaklah pernah membayangkan bahwa jalan hidup saya akan maju ke titik sejauh ini. Sejak kecil saya berjuang di sekolah untuk menjadi yang terbaik dan sering menjadi yang pertama. Di sekolah saya menghabiskan waktu ribuan jam belajar dan melahap buku-buku agar lulus dan bisa memulai karir saya di perusahaan yang besar. Impian ini adalah impian standar seorang pelajar kala itu. Lidah ini akan berdecak kagum kalau mendengar ada seorang alumni yang diterima di sebuah perusahaan swasta besar Begitu tamat SMK, saya diterima bekerja di sebuah koperasi milik perusahaan yang saat ini sangat besar di Indonesia. Saya merasa mimpi saya hampir tercapai. Sambil bekerja sayapun kuliah dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan dan posisi karir yang lebih baik lagi. Sampai selesai kuliah dan masih tetap bekerja di perusahaan yang sama.

Sampai akhirnya saya menikah dengan pria yang saya cintai, kami tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil, 2 tahun kemudian dengan modal nekat kami membangun rumah mungil tetapi sudah milik kami sendiri karena saat itu kami diberikan kepercayaan oleh Allah untuk memiliki bayi perempuan yang cantik. Saya tetap bekerja untuk bisa terus meniti karir agar saya bisa mempersiapkan bekal untuk masa depan anak saya tercinta.

Begitu juga dengan suami saya bekerja tambah keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tambah meningkat. Pagi-pagi kami sudah berangkat ke kantor dan pulang sudah menjelang magrib. Tagihan kartu kredit mulai berdatangan, pengeluaran mulai lebih besar daripada pendapatan. Saya hubungi teman-teman, ternyata problem mereka juga sama. Ada yang mulai lompat dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Namun problem mereka tidak hilang. Problem keuangan menjadi gejala pasangan muda.

Tiap hari saya berikan dedikasi dan loyalitas tinggi kepada perusahaan yang sangat baik kepada saya. Saya mencintai setiap detik waktu yang saya lewatkan di perusahaan ini. Saya terus bekerja sampai tak terasa sudah ada sepuluh tahun saya bekerja disana dan saya pun baru saja melahirkan seorang anak yang ketiga di bulan Mei lalu. Suami saya tercinta mulai mengingatkan kembali… ntah sudah yang keberapa kalinya dia mengingatkan agar saya bisa mulai memikirkan anak-anak, meninggalkan pekerjaan kantor. Namun karena desakan ekonomi dan orang tua yang tetap ingin agar saya bekerja. Makanya saya tetap bertahan kerja sampai sekarang. Disela-sela waktu cuti melahirkan sekarang ini, saya melakukan pemikiran balik. Pemikiran yang sangat mendasar sekali. “Apakah yang sedang saya bangun saat ini ?”. Pergi pagi dan pulang petang penghasilan pas-pasan sering disebut P7, sebenarnya saya mengerjakan apa ?. Umur saya sudah bergeser melewati 30 tahun, dan apa yang sedang saya garap hari ini ?. Bagaimana kalau umur saya bergeser melewati 40 tahun, dan apa hasil dari garapan saya ini. Lalu kalau usia saya mencapai 50 tahun, apakah yang akan saya capai nanti ?. Adakah ‘sesuatu’ yang saya miliki ?. Perjuangan apakah yang sedang saya garap saat ini sehingga saya menukar dengan milik saya yang paling berharga di dalam hidup ini ?. Saya memberikan WAKTU dan NYAWA saya yang hilang di muka bumi ini untuk mengerjakan apa ?. Yang Maha Kuasa memberikan sekian puluh tahun agar saya bisa hidup dan bermakna di atas dunia dan telah memberikan anak-anak yang saya cintai, tapi apakah yang sedang saya lakukan sekarang ?.

Kalau saat ini saya berusia 60 tahun, maka pemimpin perusahaan besar ini juga berusia sama dengan saya. Mereka membangun industrinya selama puluhan tahun dengan susah payah bersama karyawannya. Dan mereka nanti bisa memberikan saham milik mereka sebagai warisan kepada anak-cucunya. Perusahaan besar ini adalah milik mereka dan mereka punya HAK untuk mewariskannya. Hak apakah yang saya punya untuk diwariskan kepada anak saya yang saya cintai ini ?.
Apakah anakku yang saya kasihi ini bisa langsung diterima kerja ditempat perusahaan besar ini nanti ?. Ah tidak mungkin.

Posisi ini tidak bisa diwariskan. Saya dulu datang ke perusahaan ini dengan tangan kosong dan keluar dengan beberapa lembar kertas dan uang saku. Tidak ada cerita soal warisan. Perusahaan ini memang sangat baik hati, tapi saya sedang menukar WAKTU dan NYAWA saya tanpa ada yang saya bawa keluar dari sini.

Saya dapat cerita dari suami saya, dimana ada seorang Bapak yang sudah lebih dari 20 tahun memberikan USIA dan NYAWA-nya disebuah perusahaan swasta. Dia akan pensiun sebentar lagi, dan apakah yang dia bisa berikan kepada anak-anaknya ?. Tidak ada !. Anak-anaknya harus memulai berjuang dari bawah lagi untuk bisa sekedar hidup seperti ayahnya sedang hidup. Saya bertanya lagi, apakah saya sedang mengarahkan agar anak-anak saya nanti mengikuti perjuangan saya dari bawah ?. Pergi pagi pulang petang demi gajian bulanan yang pas-pasan ?. Tidak adakah yang bisa saya lakukan sehingga anak-anak saya tinggal melanjutkan suatu bangunan yang saya kerjakan di hari ini ?. Saya pernah ditanya oleh suami saya tahukah kunci kenapa orang tidak bisa sukses ? Ini didapatkan dari temannya bahwa “Kunci kenapa orang tidak bisa sukses adalah karena mereka tidak tahu kapan mereka mati !”. Kalau kita tahu bahwa kita akan mati 30 hari, apakah yang akan kita lakukan ?. Apakah kita memakai waktu 30 hari itu untuk jungkir balik di kantor mengejar prestasi ?. Ataukah kita malahan memakai waktu sisa itu untuk diberikan kepada orang-orang tercinta di dunia ini yaitu keluarga kita ?.

Saya berpikir bahwa itu benar adanya, memang hidup kita tidak akan pernah tahu kapan akan berakhir, tapi Saya tidak mau menghabiskan NYAWA saya puluhan tahun untuk membangun bisnis yang tidak akan pernah saya punya. Sebesar apapun perusahaan itu kelak, saya tidak punya hak selembar sahampun.

Namun saya akan memakai setiap detik WAKTU yang terlewat untuk membangun bisnis saya sendiri, dan pada akhirnya saya memiliki HAK untuk memberikannya pada anak yang saya cintai. Anakku tidak akan pernah berjuang memulai dari bawah lagi, anakku hanya tinggal melanjutkan, dan dia akan memberikan bisnis yang lebih besar lagi kepada cucuku. Saya akan menanam, anakku yang merawat, dan cucuku yang akan membesarkan, dan keturunanku lah yang menikmatinya. Saya tidak akan membangun bisnis orang lain, saya akan membangun milik saya sendiri.

Di bulan Mei 2007 saya mengikuti saran yang diberikan oleh suami saya. Saya mulai mendaftarkan diri untuk bisa mulai memiliki bisnis sendiri. Saya juga membaca buku bagaimana menjadi momtrepreneur… akhirnya saya mulai memutuskan kalau di bulan Juni nanti saya akan mengikuti saran suami saya.

Saya dikenalkan dengan perusahaan besar dari Malaysia yang sedang mencari wirausaha mandiri di Indonesia yang bernama Revell Global yaitu salah satu bisnis jaringan terbesar di Malaysia dan bisnis jaringan ini adalah satu-satunya jalan untuk bisa memulai bisnis dengan modal kecil dan usaha keras maka akan bisa mendapatkan hasil yang besar sesuai usaha kita. Inilah bisnis yang akan mulai saya miliki sendiri. Saya akan menjadi momtrepreneur, dimana saya tetap bisa menentukan seberapa besar income yang bisa saya raih dalam setiap bulannya. Jadi saya di rumah tidak sekedar menjadi “bendahara” keuangan suami, tetapi saya bisa memerankan semua aspek manajerial seperti di dalam suatu perusahaan. Sayapun akan tetap menjalankan fitrah sebagai istri dan ibu. Saya akan pakai WAKTU dan NYAWA saya untuk membangun bisnisnya. Dan kelak saya memiliki hak luarbiasa untuk memberikan semuanya kepada keluarga yang sangat saya cintai.

Saya dengan dukungan dari suami membangun Momtrepreneur Bisnis secara online dan offline dengan alamat web http://www.momtrepreneur.biz dimana dengan web tersebut saya juga ingin memberikan solusi dan bantuan kepada anda para wanita khususnya kaum ibu yang sudah terbuka pikirannya atau yang sependapat dan senasib dengan saya… memulai ke arah yang lebih baik untuk bisa menjadi momtrepreneur. Mari kita bersatu melalui Momtrepreneur bisnis ini saling membantu dan bekerja sama untuk bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga kita tercinta. Mari kita menghabiskan waktu dan nyawa kita untuk memulai Momtrepreneur bisnis ini. Tidak ada seorangpun yang bisa mengambil hak tersebut dari kita, dan kita nanti bisa wariskan semuanya kepada anak yang kita kasihi.

Hari ini saya menulis sebuah curahan hati kepada anda semua. Apa yang sedang anda kerjakan hari ini ? Apakah anda membesarkan perusaaan anda, atau anda membesarkan perusahaan orang lain ?. Anda saat ini memberikan milik anda yang paling berharga di tempat ini, yaitu WAKTU anda. WAKTU adalah jatah nyawa anda di muka bumi.

Kalau anda adalah seorang pegawai, luangkanlah waktu anda untuk memulai bisnis milik anda sendiri. Anda tidak perlu keluar saat ini dari kantor anda. Hanya mulailah untuk membangun milik anda sendiri menjadi seperti yang saya lakukan melalui Momtrepreneur Bisnis. Kalau anda tidak suka bisnis jaringan, kerjakan bisnis yang lain. Asalkan itu adalah milik anda sendiri.

Bangunlah warung nasi di pinggir jalan, buatlah pendidikan ketrampilan, dan segala kreativitas lain. Mulailah menkonsentrasikan waktu anda untuk memperbesar perusahaan anda. Kelak ketika menghadapi badai ekonomi, anda tidak akan perlu takut terhempas dari pekerjaan rutin anda saat ini.

Tinggalkanlah ketergantungan kepada orang lain, yaitu perusahaan anda saat ini. Mulailah tergantung kepada Tuhan dan diri sendiri. Salah satu kunci kebangkrutan bangsa kita ini adalah karena tergantung pada utang yang diberikan bangsa lain. Bila pemimpin bangsa ini rela melepaskan ketergantungan ini dan mulai dari bawah dengan mandiri, maka di masa depan kita akan masih punya harapan.

Saya tidak ingin menjadi tua tanpa memiliki apapun yang dibanggakan. Saya masih punya banyak waktu untuk berjuang dimasa depan bersama anda dan jaringan Momtrepreneur Bisnis. Dan seandainya Tuhan berkenan memanggil saya nanti, saya sudah memiliki hak berharga untuk menjaga keluarga saya slama-lamanya. Mulai sekarang Saya akan gunakan waktu dan nyawa saya di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Sekarang adalah waktunya – The Time is Now !

Originally posted 2013-12-09 02:45:52.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *