DULU SIKSA KRISTEN, MATI IKUT YESUS

Setelah menyiksa orang Kristen ia dijamah Tuhan menjadi anakNya. Di akhir hidupnya akhirnya ia ditembak oleh kaum fanatik.
Duka bagi anak-anak Tuhan yang gugur dalam mempertahankan iman. Itulah gambaran masyarakat Kristiani di Pakistan pertengahan Agustus lalu. Betapa tidak, dua anak Tuhan tak bersalah apa-apa, akhirnya harus meregang nyawa akibat dendam orang-orang dari agama non Kristen yang alasannya sungguh tak masuk akal, yaitu membunuh darah mereka yang halal.

Jadi Anak Tuhan
Peristiwa ini sendiri terjadi di wilayah Pakistan, tepatnya di desa Khambay dekat pusat kota Lahore. Saat itu, ketika di selenggarakan ibadah Minggu di gereja Apostolik Baru, tiba-tiba segerombolan orang yang tidak bertanggung jawab membawa senjata laras panjang, dan secara tiba-tiba pula menghujamkan timah panasnya ke arah bangunan gereja.
Saat itu kontan saja, seluruh jemaat menjadi terkejut. Di awal tembakan yang dilakukan secara membabi buta tersebut, jatuh korban seorang anak Tuhan yang setia dalam pelayanannya. Ia bernama Arshad Masih.
Arshad adalah orang yang selama beberapa tahun menjadi anak Tuhan. Ia setia pada imannya, sehingga Ia harus menanggung beban salib Yesus hingga rela meregang nyawa. Menurut laporan, pemicu dari peristiwa penembakan membabi buta tersebut sebenarnya tak lain masih ada kerabat keluarga dengan Arshad.
Mereka adalah kaum fanatik yang tak rela Arshad berpindah iman dari agama lamanya. Hingga kemudian, saat Arshad diketahui telah menjadi anak Tuhan dan percaya Yesus keluarganya, yaitu keluarga besar Dogar, mengusirnya.
Bahkan mereka pernah mengancam hendak membunuh dan membakar gereja dimana Arshad memberikan pelayanan. Kisah perjalanan iman Arshad cukup menarik. Ia lahir di tengah keluarga fanatik dan sangat membenci orang-orang Kristen. Saat itu Arshad aktif dalam kegiatan dakwah seringkali melakukan intimitasi pada orang-orang Kristen, Tapi siapa sangka, hati Arshad kemudian luluh saat menyaksikan seorang wanita tua Kristen yang ia siksa hingga mati.
Saat itu di tangan wanita tua itu memegang sebuah buku yang ternyata adalah injil. Dari situ Arshad merasa penasaran, kenapa wanita tua yang ia bunuh merelakan nyawanya hanya demi sebuah iman Kristen, apalagi sebuah kitab Injil.
Dari rasa penasaran itulah Arshad lantas membawa Injil ke rumahnya. Dengan sembunyi-sembunyi Arshad membaca Injil. Saat itulah iman Arshad mulai tergerak, apalagi dia sangat tersentuh dengan ajaran Yesus tentang cinta kasih. Firman Tuhan, berikanlah pipi kanan-mu apabila ditampar pipi kirimu dan juga tentang pengorbanan tulus Yesus hanya karena sebuah fitnahan, secara perlahan menyadarkan hati Arshad.
Aktif Pelayanan
Arshad mulai tersentuh oleh firman dan kisah hidup Yesus. Saat mendalami Injil dari situlah keimanan Arshad akan agamanya terdahulunya mulai goyah. Ia merasa di agama terdahulunya ia kerap menghabisi nyawa orang demi keegoisan iman belaka.
Hati Arshad saat itu mulai dibuka oleh Tuhan hingga kemudian ia memberanikan diri berkenalan dengan seorang pendeta di sebuah gereja dekat Arshad tinggal. Bersama pendeta itulah, Arshad makin memperdalam keyakinan agama Kristen hingga kemudian dibabtis menjadi anak Tuhan.
Kontan saja, berita pindah iman Arshad dan dibaptisnya diri Arshad menjadi Anak Tuhan, menjadi marah dan benci teman maupun keluarga Arshad sendiri. Arshad dinyatakan diusir dari rumah dan diancam bunuh. Arshad tampaknya mempertimbangkan resiko itu semua sehingga saat itu ia memilih keluar dari rumah dan memilih hidup sepenuh waktu dengan memberikan pelayanan bagi Tuhan di gereja tempatnya ia tinggal.
Dari lingkungan gereja itulah kemudian Arshad menemukan tambatan hatinya pada seorang gadis yang juga anak Tuhan bernama Fozia, hingga kemudian mereka menikah dan dianugerahi anak perempuan.
Saat aktif pelayanan, Arshad berhasil menuai banyak benih-benih iman baru pada orang-orang dari agamanya yang terdahulu. Hal ini yang makin membuat emosi keluarga besar Dogar maupun rekan sperjuangan Arshad saat di agamanya terdahulu. Berangkat dari kondisi itulah mereka kemudian menyerang gereja dimana Arshad melayani, ada saat ibadah Minggu Paskah sekitar pukul 10 pagi.
Di saat para jemaat sedang melaksanakan kebaktian, mereka datang dengan membabi buta sembari memberondong beberapa peluru, padahal saat itu ada beberapa anak kecil yang sedang bermain-main di sekitar halaman gereja.
Mendengar gerejanya ditembak, Arshad berlari keluar untuk melihat kondisi yang sedang terjadi di gerejanya. Sayangnya, saat hendak menuruni tangga gereja, perut dan kepala Arshad langsung diberondong peluru hingga dirinya langsung tewas di tempat.
Saat itu semua jemaat tercekam ketakutan. Mengetahui Arshad sudah tewas, kaum penyerang langsung meninggalkan gereja. Sampai saat ini, kasus ini masih menggantung dan terkesan sengaja tidak diajukan ke meja pengadilan.
Tragisnya, istri Arshad, dengan tegar harus menerima kenyataan pahit ini meski hatinya pedih harus ditinggalkan suami tercinta. Fozia kini masih tetap setia melayani Tuhan, melanjutkan misi kehidupan yang dijalani oleh almarhum suaminya.
Mukjizat Dirasakan Ismael
Pada kejadian penyerangan di gereja dimana Arshad melayani, sempat jatuh korban sebanyak empat orang. Saat itu mereka luka-luka akibat terjangan peluru. Yang menyedihkan, saat para korban dilarikan ke rumah sakit setempat, para dokter yang berasal dari agama lain menolak keras kehadiran pasien dari gereja dengan berbagai macam dalih.
Hingga akhirnya mereka ditampung oleh para dokter dari misi Kristen setempat. Disanalah mereka mendapatkan perawatan yang intensif hingga mendapatkan kesembuhan. Salah seorang yang sempat luka parah adalah Ismael Masih. Pria berusia 66tahun ini sempat menahan sakit hingga kemudian dokter menyuntikkan obat mati rasa ditubuh Ismael.
Saat menjalani perawatan tak henti-hentinya, mulut Ismael mengucapkan doa Bapa Kami dan doa mohon kesembuhan. Tuhan ternyata mendengarkan doanya dan Ismael kemudian beroleh mukjizat kesembuhan. Menurut pengakuan Ismael, yang juga kerabat dekat Arshad, memang sejak lama keluarga Arshad mengincar tanah gereja, termasuk makam Kristen yang sudah ada berabad-abad.
Pernah suatu ketika keluarga besar Dogar, yaitu keluarga Arshad, membatalkan dengan paksa upacara ibadah Jumat Agung dan ibadah malam. Pada pembatalan itu, kaum penyerang mengancam akan membunuh para jemaat apabila mereka kembali ke gereja. Tapi nampaknya semua jemaat tak menghiraukan, sehingga mereka tetap beribadah di gereja meski dibawah tekanan.
Sumber: Tabloit Gloria Edisi 271

Originally posted 2006-12-11 13:56:09.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *