Iy sih Tapi………….

Anda pasti tahu kok permainan ini, ya kan? Seseorang meminta Anda untuk membantunya menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kemudian, setiap kali Anda memberi masukan yang berharga, masukan itu akan lagi-lagi berbenturan dengan kalimat ini, “Iya sih, tapi…”
Anda mulai frustrasi. Terus frustrasi dan frustrasi. Anda merasa kalah dan mulai kelelahan. Dan akhirnya, menyerah. Capek ya?
Lain kali, jika Anda menghadapi orang dengan tipe yang seperti ini, gunakanlah langkah-langkah berikut ini.
DENGARKAN
Dengarkanlah Ia dengan sopan. Tidak usah memberi usul atau masukan terlebih dahulu. Dengarkan saja. Dan ingatlah, persoalannya bukan persoalan Anda. Tidak perlu larut atau terlibat.
TEKANKAN
Afirmasikan bahwa persoalan yang dibeberkan adalah penting baginya. Katakan begini, “Kedengarannya itu serius banget.” Gunakan kata “kedengarannya” , bukan “kayaknya”, atau “sepertinya” , atau “kelihatannya” . Ingat, Anda sedang mendengarkan, bukan merasakan atau melihat, atau lainnya.
GALI
Tanyakan padanya, “Apa yang sudah Kamu coba atau pikirkan tentang persoalan ini?” Dengan begini, Anda mengesampingkan berbagai usul dan masukan Anda. Anda sedang membantunya memberdayakan diri.

KONFIRMASI
Tanyakan selanjutnya, “Gimana, berhasil nggak?” Dengan ini Anda mengajak Dia untuk memikirkan kembali tantangan yang dihadapinya.
Banyak kejadian yang menunjukkan, bahwa cara ini bisa memberi solusi dengan instan. Dan Dia, tidak akan lupa berterimakasih kepada
Anda. Anda tidak memberi masukan, tapi Anda telah membantunya.

TAWARKAN
Di sinilah tempatnya, setelah semua yang di atas itu Anda lakukan,
Anda baru bisa menawarkan sesuatu. “Ada yang bisa Aku bantu?”.
Jawabannya, sering begini, “Nggak usah, makasih. Gua udah tahu harus bagaimana.”
Jika Anda diminta untuk sesuatu, Anda bisa memilih untuk menerima atau menolaknya. Sesuaikan saja dengan luasnya pemahaman Anda berdua tentang persoalan yang bersangkutan.
Semoga Anda sukses.
Langkah-langkah di atas akan sangat membantu Anda dalam mencegah diri Anda, dari menjadi pahlawan yang mencoba menyelesaikan persoalan orang lain. Yang jatuhnya, Anda malah bukan membantunya. Anda berdua malah bisa berantem nggak juntrungan. ‘Caya deh. Kondisi itu biasa terjadi, Jika Anda terlalu iba, terlalu meresapi atau terlalu ‘bersemangat’ untuk membantunya. Semangat yang tidak tepat. Anda memang temannya, tapi berhati-hatilah untuk tidak menjadi korban dari persoalan yang sama. Persoalan yang sebenarnya bukan persoalan Anda.

Dokter, bisa sangat tenang mengoperasi pasiennya. Akan tetapi, bagaimana jika pasien itu adalah anak kandungnya sendiri? Apa yang terjadi jika dirinya sendirilah yang harus menorehkan pisau bedah, membongkar dan mengeluarkan jantung si buah hati?

Tunggulah sampai teman Anda meminta tolong. Tentu saja, kecuali jika kondisinya darurat, di mana ketidakterlibatan Anda akan membahayakan dirinya. Ini bukan egois, tapi menjaga diri agar tetap rasional dan sehat jiwa, sehingga benar-benar bisa membantunya.

Dalam banyak hal, terlalu dini menawarkan solusi akan menciptakan kesan, bahwa permasalahan yang dihadapinya memang ‘unsolvable’ . Dan ini, akan mendorongnya terjebak pada situasi menyerah dan tidak melakukan apa-apa.

Bantulah orang lain, untuk menemukan kekuatannya. Tidak perlu larut ke dalam permasalahannya.
Di situlah sisi kepahlawanan Anda yang sebenarnya.

Originally posted 2014-10-15 17:18:04.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *