Ketulusan Melahirkan Ketenangan
Hidup penuh dengan liku-liku perjalanan, ada saatnya diatas kemudian terjun bebas ke dasar jurang. Kadangkala ke kanan dan bukan tidak mungkin lari juga ke kiri. Seperti roda pedati yd kadang di atas dan kemudian di bawah dengan perasaa yg jauh sangat berbeda.
Perbuatan banyak orang selalu diiringi harapan supaya orang lain berbuat seperti itu kepada dia. Sangat jarang sekali orang berbuat karena benar-benar ingin berbuat. Mereka selalu melakukan segala sesuatu itu dengan menggunakan hukum Jika-Maka, Jika dia membantu saya maka saya akan membantu dia dengan senang hati, jika si Polan memberi aku makan maka aku akan menjamu dia dengan jamuan yg paling nikmat. Yang paling parah sebenarnya, jika dia menyakiti hati saya maka saya juga akan membuat hatinya jauh sakit lagi. Maka sampai habis halaman ini ditulis tidak akan cukup untuk menggambarkan perbuatan yang mengikuti hukum Jika-maka tadi.
Adakah diantara kita melakukan perbuatan karena memang ingin melakukannya dari hati yang paling dalam. Relakah kita membantu orang lain tanpa mengharapkan suatu saat dia akan membantu kita, bukankah membantu seseorang karena ingin benar-benar membantu akan membawa kebahagiaan tersendiri daripada membantu dengan harapan akan ada balasan? Kalau membantu karena ingin sekali melakukannya maka itu akan membawa ketenangan jiwa daripada membantu untuk suatu bantuan sebagai balasannya akan membawa neraka apabila tidak didapatkan feedback seperti yg diinginkan. Alangkah indahnya hubungan antar sesama kalau seandainya hal ketulusan hati masih melekat di hati setiap insan.
Bunga,,, begitu indah kalau dipandang dan mengeluarkan aroma yang begitu mengetarkan saat bunga itu mekar, perhatikanlah setangkai bunga ditaman,Apakah bunga itu menuntut pujian dan decak kagum dari anda? Apakah kemekaran dan aroma bunga itu akan lebih indah karena dipuji, daripada kalau bunga ini hanya dipandangi oleh mata yang susah untuk dikontrol ini? Bunga dengan tulus dan ikhlasnya menebarkan aroma wangi dan kecantikan yang sangat amat indah tanpa minta pujian yang terkadang hanya sebagai simbol kemunafikan.
Dengarkanlah kicauan burung tatkala anda bangun di pagi hari yang indah dan cerah, bukankah tidak merupakan suatu ketulusan bagi sang burung untuk berkicau yang terkesan menyanyikan kidung alam? Burung tidak membutuhkan apa pun dari kita, kita hanya menikmati keindahan itu kalau memang masih memiliki kepekaan terhadap itu, atau hati kita sudah terlalu dalam ditimbun oleh kebencian, emosi dan kemarahan yang sangat merusak kepekaan itu sendiri. Masih sadarkah kita bahwa kicauan itu akan terus terdengar setiap pagi tanpa ada yang mengeluarkan perintah untuk melakukannya setiap saat. Saya percaya apabila ketulusan dan keikhlasan itu tidak ada pada burung ini maka dia akan berkicau saat emosinya lagi dalam keadaan tenang, tetapi saat pikirannya dan perasaanya dipenuhi oleh tuntutan perbuatan yang belum dibalas maka dia akan diam tanpa mengeluarkan kicauan yang sangat merdu tadi.
Belajar dari teladan bunga dan burung diatas, alangkah indahnya dunia ini kalau seandainya ketulusan dan keikhlasan masih ada pada kita masing-masing. Dengan ketulusaan dan keikhlasan terakhir bukankah ketenangan pikiran akan sering datang berkunjung daripada perbuatan yang menuntut balas yang sering menimbulkan rasa benci yang amat dalam apabila balasan yang kita terima tidak sesuai dengan yang kita inginkan sebagai balasan dari perbuatan baik kita. Saya sering mengalami hal seperti ini, tetapi dengan kemauan dan kerja keras melawan ego serta emosi maka saya mencoba menggoreskan tulisan inisebagai dorongan bagi saya untuk mencoba terus mempraktekkannya. Mengapa kita tidak memulainya dari sekarang untuk mengerti arti sebuah ketulusan yang membawa kedamaian dan mencobanya kepada teman kita yang paling dekat sebagai tonggak untuk kita mengembangkannya kepada siapapun yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Cobalah melakukannya maka hidup akan terasa ringan karena tidak akan diberatkan oleh pikiran terhadap hutang budi orang lain kepada kita. Maaf,,, saya tidak bermaksud menggurui apalagi mangajar anda, saya hanya digerakkan oleh suara hati yang ingin mengajak kita untuk kembali merenungkan arti ketiga kata tersebut di atas. Maukah kita memenuhi ajakan ini?
Originally posted 2011-03-01 07:34:56.