Mawar Kuning

Aku berjalan memasuki toko bahan makanan, tanpa tujuan khusus untuk membeli bahan makanan. Aku tidaklah lapar. Kesedihan karena kehilangan suamiku yang berusia 37 tahun masih membayang. Dan toko bahan makanan ini menyimpan banyak kenangan manis. Rudy, suamiku, seringkali datang bersamaku dan hampir setiap waktu ia akan berpura-pura pergi untuk mencari sesuatu yang spesial. Aku selalu mengawasinya berjalan di antara rak barang dan kembali membawa tiga kuntum mawar kuning di tangannya.
Rudy tahu bahwa aku menyukai mawar kuning. Dengan hati yang penuh duka, aku hanya ingin membeli beberapa barang dan pergi, namun berbelanja bahan makanan ini menjadi berbeda sejak kepergian Rudy. Berbelanja sendirian membutuhkan waktu dan pikiran lebih banyak dibandingkan dengan berbelanja bersama Rudy. Ketika aku berdiri di muka tempat daging, aku mencari-cari daging steak kecil yang paling sesuai dan aku masih ingat betapa Rudy menyukai daging steak. Tiba-tiba seorang wanita datang di sampingku. Ia berambut pirang, ramping dan cantik memakai celana panjang hijau muda. Aku mengawasinya ketika ia mengambil satu pak T-bone yang besar, menaruhnya di troly-nya, lalu bimbang ingin mengembalikannya, dan akhirnya menaruh lagi di keranjangnya. Ia berbalik pergi dan sekali lagi meraih bungkusan daging steak. Ia melihat ke arahku yang memandanginya dan ia tersenyum. “Suamiku suka sekali T-bones, tetapi jujur saja, dengan harga yang demikian mahal, aku tidak tahu.” Aku berusaha menahan perasaanku dan memandang matanya yang biru muda. “Suamiku meninggal delapan hari lalu,” kataku kepadanya. Sambil menoleh ke arah bungkusan di tangan wanita itu, aku berjuang untuk menahan getaran suaraku. “Belikan saja daging steak itu. Dan nikmati setiap waktu yang kalian miliki bersama.” Ia menggelengkan kepala dan aku melihat emosi di matanya ketika ia menaruh bungkusan daging steak ini ke dalam troly-nya dan berlalu. Aku berbalik dan mendorong kereta belanjaanku sepanjang gang menuju bagian produk susu. Di sana aku berdiri, mencoba memutuskan berapa ukuran susu yang aku harus beli. Satu kuart, akhirnya aku memutuskan dan berpindah ke bagian es krim dekat bagian depan toko itu. Kalau tidak ada apa-apa, aku selalu langsung memakan es krim dalam cone itu. Aku menaruh es krim itu ke dalam kereta belanjaan dan memandang ke depan
menuju ke depan toko. Aku melihat mula-mula celana panjang hijau mudanya, kemudian menyadari bahwa wanita cantik itu menuju ke arahku. Di tangannya ia membawa bungkusan. Di wajahnya ada senyum yang paling cerah yang pernah aku lihat. Aku bayangkan ada lingkaran cahaya halo yang lembut mengelilingi rambutnya yang pirang ketika ia terus berjalan ke arahku, sementara matanya terus terpaku ke arahku. Ketika ia sampai di dekatku, aku melihat apa yang ia bawa dan airmata mulai bergayut di mataku.
“Ini buat anda!” katanya dan meletakkan tiga kuntum bunga mawar kuning yang indah di tanganku. “Kalau anda melewati kasir, mereka akan tahu bahwa mawar ini sudah dibayar.” Ia mendekatiku dan memberi ciuman lembut di pipiku, kemudian tersenyum kembali. Aku ingin memberitahu kepadanya apa yang ia telah lakukan, apa arti mawar kuning itu bagiku, namun kata-kataku tercekat di tenggorokanku. Aku hanya dapat memandanginya berlalu sementara airmata menutupi pandanganku. Aku memandangi mawar kuning itu yang dibungkus dengan bungkus hijau dan aku hampir tak mempercayai bahwa itu adalah sesuatu yang nyata. Bagaimana wanita itu tahu kesukaanku? Tiba-tiba jawaban itu nampaknya begitu jelas. Aku tidak sendirian.
“Oh, Rudy, engkau tidak melupakanku, bukan?” kataku berbisik dengan berlinangan airmata.
Rudy masih peduli kepadaku dan wanita itu adalah malaikat yang dikirim Rudy untuk memberikan mawar kuning ini. Bersyukurlah setiap hari atas apa yang engkau miliki dan atas dirimu! *Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun. *
(Sumber: Inspirational Nursing – diterjemahkan oleh Hadi Kristadi )

Originally posted 2011-04-21 23:52:01.

1 thought on “Mawar Kuning

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *