Membuat Allah Heran

Diambil dari khotbah Pdt. Samuel Duddy

Lukas 7:1-10: “Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.” Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka…… Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya. “Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!”. (PB hal 78)

Membuat manusia heran akan kuasa Allah adalah hal yang biasa, namun membuat Allah heran adalah suatu hal yang luar biasa.

Yesus heran akan sikap perwira itu karena sikapnya yang merupakan sikap Kerajaan Allah. Ada dua jenis keheranan, yaitu yang negatif dan positif. Yang negatif adalah jika ada seseorang yang selalu datang beribadah ke gereja, namun orang ini tidak mengalami pembaharuan di dalam hidupnya, hatinya degil dan tidak taat perintah. Akibatnya orang-orang yang melihatnya menjadi heran atas kekerasan hatinya. Sedangkan keheranan yang positif adalah ketika seseorang sedang berada di dalam masalah dan tekanan, namun tetap beriman dan setia beribadah kepada Tuhan. Kita menjadi heran dan kagum akan ketekunannya mencari Tuhan.

Bagaimanakah kita dapat membuat Allah heran adalah:

1. Milikilah iman dan sikap hati yang mengasihi dan menghargai.
Lukas 7:2, “Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.
Perwira tersebut tidak meremehkan budaknya, namun dia menghargainya dan mengasihinya, meskipun dia memiliki hak dan kesempatan untuk menindas, namun perwira ini tidak melakukannya.

Sebagai murid-murid Kristus kita harus perduli kepada orang yang tertindas dan miskin. Baca Amsal 19:17, “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu”. Bandingkan Lukas 6:27, 35, agar kita mengasihi musuh dan berbuat baik kepada siapa pun tanpa mengharapkan balasan. Jangan hanya bersikap baik dan pilih kasih kepada orang-orang yang berpangkat dan terpandang saja, namun juga kepada pembantu, karyawan dan orang biasa.

2. Milikilah iman dan sikap hati yang mengasihi bangsa-bangsa dan jiwa-jiwa.
Ayat 5a: “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita…”
Perwira Romawi ini mengasihi bangsa Yahudi, meskipun mereka berlainan suku bangsa dan bahkan merupakan bangsa jajahan dari bangsa Romawi.

Kalau kita mengasihi jiwa-jiwa dan bangsa lain, maka kita akan mengalami dampaknya yaitu damai sejahtera dan ketenangan akan dicurahkan atas bangsa kita. Lihat Yesaya 32: 15-17, “…Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram ….” Dan Yeremia 29:7 “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanm

3. Milikilah iman dan sikap hati untuk pekerjaan Tuhan.
Ayat 5b: “….dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Menjadi suka rela berkorban dan memberi untuk pekerjaan Tuhan. Jadikan apa yang kita miliki itu untuk menjadi berkat bagi kemuliaan nama Tuhan, sama seperti perwira Romawi itu, yang memiliki kuasa dan kekayaan.

4. Milikilah iman dan sikap hati yang percaya kepada firman Tuhan.
Ayat 7, 8: “Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, …”

Perwira itu tidak memiliki keraguan sedikit pun terhadap firman Tuhan, meskipun situasinya genting. Biasanya ketika berada dalam kondisi dan situasi yang sulit, orang-orang cenderung melupakan Tuhan karena tekanan masalahnya itu. Namun, sebagai orang percaya, hendaklah kita tetap mempercayai Tuhan, apa pun kondisi kita, sama seperti sikap perwira Romawi itu.

Renungan terkait…
* 7 hadiah terbaik
* Tentang hamba Tuhan
* Kuasa dalam ucapan Anda
* Kasih Bapa
* Masihkah perlu gengsi dalam hidup


Originally posted 2010-11-04 14:45:32.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *