Menggunakan Teori Superstring di Televisi

Profesor fisika dari Universitas Columbia Brian Greene telah membuat dua serial film televisi berdasarkan bukunya yang best seller yaitu “Alam Semesta yang Menakjubkan‚. Seri pertama disiarkan pada tanggal 28 Oktober 2003 di PBS, sedangkan seri yang kedua disiarkan pada tanggal 4 November lalu. Sambutan pemirsa terhadap acara ini cukup bagus.
Acara ini dirampungkan terutama bersandar pada teknik khusus komputer. Di antaranya ada satu acara, yaitu Brian Greene memimpin pemirsa masuk ke sebuah ‚kedai kopi kuantum‚„. Di dalam kedai kopi ini, dunia kuantum disusut menjadi sebuah bar mini. Tembok bar berkilapan cahaya, tamu bar kadang tak terlihat dan kadang tampak, beberapa tubuh sekunder Greene secara bersamaan menjulur ke gelas kopi, lalu gelas kopi berubah warna menjadi warna yang berbeda: biru, merah, dan hijau, untuk memanifestasikan bahwa di ruang dimensi yang berbeda perwujudannya juga berbeda. Pantas saja pengarah acara PBS Nova, Alan Ritsko mengatakan, bahwa acara yang berlangsung selama tiga jam itu tidak membuatnya sedikit pun merasa lelah.

Keterangan gambar: : Ukuran benda pada umumnya —> Molekul terkecil: kurang lebih 1/ratusan juta 1 inci —>Atom: kurang lebih 1/10 miliar dari 1 inci —->Proton: kurang lebih lebih kecil 100 ribu kali lipat dibanding atom.—> Superstring: lebih kecil 100 miliar kali lipat dibanding proton.
Itulah cara kerja teori Superstring. Fisikawan dapat menggunakan teori Superstring untuk menjelaskan sejumlah besar fenomena yang tak terpecahkan, mereka menyebutnya sebagai Theory of Everything. Pendek kata, teori Superstring menganggap bahwa semua partikel dan kekuatan adalah perwujudan resonansi yang berbeda dari Superstring yang amat kecil.
Superstring adalah nama dari suatu partikel hipotetik yang mirip benang dan sangat kecil, yang diduga adanya dalam suatu teori fisika populer. Menurut teori itu, gerakan benang-benang ini di dalam ruang berdimensi sepuluh menghasilkan semua materi dan energi di alam semesta ini dan bahkan ruang dan waktu itu sendiri. Banyak ahli fisika terkemuka di dunia merasa bahwa teori Superstring mungkin merupakan teori penyatuan yang mereka cari selama ini; beberapa di antara mereka malah menamakannya teori segala sesuatu.
Dengan demikian, Superstring dianggap merupakan teori mutakhir yang mencoba menuntaskan impian fisika: menggabungkan semua gaya fundamental alam dan mentaksanomikan setiap jenis materi di alam semesta. Masalahnya adalah, satu-satunya perkiraan atas teori ini berlaku pada skala energi yang sangat besar, yang tampaknya hanya ada pada saat penciptaan alam semesta. Sementara itu, Superstring, seperti dihamparkan oleh Edward Witten, Profesor Institute for Advanced Study, Princeton, pemikir yang paling banyak dikutip dalam kepustakaan fisika mutakhir, dibangun di atas prinsip-prinsip teoritis yang telah berhasil secara mengagumkan di masa lalu. Teori ini pun konsisten dengan setiap fenomena kosmis yang sudah diketahui. Akan tetapi, kendati Superstring menawarkan harapan yang masuk akal akan penyatuan seluruh pengetahuan ilmiah yang ada sekarang, Superstring tetap belum bisa disebut sains, belum bisa disebut ilmiah, sebelum membuktikan prediksinya.
Namun, yang disesalkan adalah, bahwa instrumen ilmiah modern yang bagaimanapun akuratnya saat ini juga tidak bisa mendeteksi Superstring. Meski sebetulnya teori Superstring dapat menjelaskan kebingungan Newton, seperti misalnya tentang pertanyaan mengapa gravitasi universal begitu lemah, melihat teori relativitas umum dari sudut teori Superstring, juga mempunyai pengertian yang tersendiri.
Menurut teori Superstring, alam semesta bereksistensi alam semesta sejajar, banyaknya hingga 11 dimensi. Ilmuwan berpendapat, bahwa ruang-ruang dimensi yang berbeda ini dapat bermanifestasi besar tak terhingga, juga dapat bermanifestasi tak terhingga kecilnya. Ini adalah hal yang sulit dipahami dan dibayangkan oleh orang yang hidup di ruang tiga dimensi kita ini (bagi makhluk hidup yang hidup di atas bumi, waktu hanya ada satu arah, tidak bisa dikategorikan satu dimensi). Kita ambil sebuah contoh yang sederhana, dari kesan visual 1 dimensi melihat benda yang 2 dimensi, selamanya hanya ada perasaan linear: Sedangkan jika melihat benda yang 3 dimensi melalui kesan visual 2 dimensi, hanya ada perasaan bidang yang datar. Atau dengan kata lain, orang yang berada di ruang 3 dimensi umumnya tidak dapat melihat obyek di ruang dimensi tinggi.
Mungkin kita bisa membayangkan sejenak pemandangan di 4 ruang dimensi. Satu di antaranya mungkin adalah waktu yang benar-benar telah berubah menjadi sebuah bilangan dimensi, jika demikian, maka kehidupan telah dapat bergerak dua arah. Ini, bagi orang yang mempunyai pengalaman menjelang ajal mungkin lebih mudah memahaminya, saat jiwa prima meninggalkan tubuh mereka bisa melihat pemandangan masa lalu dan akan datang tanpa mendapat pembatasan oleh ruang kita.
Bagi astronom dan fisikawan, alam semesta memiliki nilai penelitian, namun bagi mayoritas orang bukan saja tidak tahu apa-apa, juga sama sekali tidak menyangsikan. Mungkin, manusia semestinya mengenal kembali sejenak alam semesta dan ruang waktu.
(Sumber: Dari berbagai sumber)

Originally posted 2013-05-31 11:42:45.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *