Pelajaran Bernilai Jutaan Rupiah

Seorang pria habis bertengkar dengan istrinya dan pergi ke tempat teman dekatnya. Kebetulan sang teman baru saja menyelesaikan “masterpiece” hasil karyanya yaitu pahatan replika gedung Hotel Indonesia dengan menggunakan batu berdiameter 100cm. pahatan tersebut sangat indah dan ia kerjakan dalam waktu tiga bulan. Menurut sang pemahat harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Setelah puas mengagumi hasil karya tersebut sang pria kembali teringat pertengkarannya dengan sang istri yang kerap terjadi. Ia curhat masalah keluarganya kepada sang pemahat dan mengatakan bahwa ia berencana untuk menceraikan istri yang telah ia nikahi selama kurang lebih lima belas tahun dan juga telah memberinya tiga orang anak.
Lalu sang pemahat bertanya, apa masalahnya? apakah salah satu dari kalian berbuat curang atau melakukan suatu kesalahan besar yang tidak bisa dimaafkan? “tidak ada” jawab sang pria.
Hanya saja kami tidak pernah bisa berbicara layaknya suami istri lebih dari lima menit, tiap kali kami mulai bicara maka akan diakhiri dengan pertengkaran walaupun hal yang dibicarakan hanyalah hal-hal kecil.
Sang pemahat diam sejenak lalu ia pergi ke meja perkakas untuk mengambil palu besar dan kembali lagi ke meja tempat ia menaruh hasil karyanya. Sang pria bertanya untuk apa palu itu?
“kamu mundur lima langkah dan tunggu saja di situ” kata sang pemahat.
Lalu dengan ringannya ia mengangkat palu besar tersebut dan mengayunkannya kearah pahatannya yang baru jadi. hanya dengan lima kali ayunan palu besar maka hasil karya yang bernilai puluhan juta rupiah hancur tak berbentuk lagi. Sang teman sangat terkejut dan tidak sempat untuk mencegah pemahat dari tindakan “gila” dengan menghancurkan hasil karyanya sendiri yang baru saja selesai dibuat dengan susah payah.
Baiklah, aku sudah selesai mengajarkan kepadamu suatu pelajaran berharga dalam berumah tangga, apakah kau tahu apa pelajaran tersebut?.
“engkau pasti sudah gila” kata sang teman. lalu ia melanjutkan apa hubungannya antara rumah tangga dengan hasil pahatanmu yang bernilai puluhan juta ini?
membangun suatu rumah tangga sama halnya dengan membuat pahatan ini tetapi membangun rumah tangga nilainya ratusan kali lipat lebih mahal dan lebih berharga daripada pahatanku ini yang hanya menghabiskan waktu tiga bulan. Engkau sebagai kepala rumah tangga dan juga nahkoda rumah tangga telah membangun rumah tangga hingga lima belas tahun dan sekarang engkau mengatakan hanya karena pertengkaran atas hal-hal kecil engkau rela menghancurkan rumah tangga yang telah terbangun selama lima belas tahun?
apa bedanya dengan tindakanku barusan dengan menghancurkan hasil karyaku sendiri yang telah aku buat hanya dalam waktu tiga bulan? pahatanku bisa kubuat lagi kapan pun dan dalam waktu singkat sudah bisa jadi tetapi pernikahanmu yang engkau bangun puluhan tahun, apakah bisa semudah itu untuk dibangun kembali apabila engkau menghancurkannya?
dalam berumah tangga sudah pasti ada pertengkaran dan resep agar tidak terjadi pertengkaran adalah saling mengalah, bila salah satu sedang marah maka yang lainnya harus mengalah dengan demikian pertengkaran tidak perlu terjadi.
Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, perkataan sang pemahat seakan-akan membuka hati dan matanya yang selama ini tertutup oleh kemarahan dan telah melupakan tujuan awal ia membangun mahligai pernikahan bersama sang istri.
Di dunia ini banyak sekal perkawinan yang seharusnya bisa diselamatkan apabila orang-orang yang terlibat didalamnya bisa menahan diri dan mengalah. Lebih dari 70% perceraian terjadi bukan karena masalah besar atau perselingkuhan ala Tiger wood melainkan hanya karena pertengkaran-pertengkaran yang dipicu oleh hal-hal sepele yang dibiarkan berlarut-larut tanpa ada satu pihak pun yang mau mengalah. Siapa pun yang telah menikah harus memiliki suatu gambaran mental bahwa mereka saat ini tengah membangun suatu rumah yang indah bernama “Pernikahan” dan rumah tersebut dibangun bukan hanya berlandaskan cinta tetapi juga toleransi, kasih sayang,saling menjaga, sikap saling menyanyangi dan tak kalah pentingnya adalah sikap saling mendahulukan pasangan mereka. Rumah “pernikahan” ini dibangun dan berkembang semakin besar seiring dengan jalannya waktu dan tidak akan pernah lekang dimakan jaman.
Bukan hanya dalam pernikahan, tetapi dalam hubungan berpacaran pun sikap toleransi, saling menjaga, saling menghargai, saling menyayangi dan mendahulukan pasangan mereka juga berlaku. Bahkan bila saat berpacaran sikap-sikap itu telah tumbuh diantara keduanya maka setelah pernikahan keduanya akan lebih matang dan lebih menghargai satu sama lain dan lebih bisa membangun rumah “Pernikahan” dengan baik.

Originally posted 2011-04-04 09:19:35.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *