PROFESIONAL
1. Barangkali salah satu istilah yang paling luas digunakan dalam dunia kerja
adalah “profesional” . Hampir semua dari kita pernah mengucapkan kata ini.
Kita sering melihat poster di dinding kantor, baik swasta maupun pemerintah,
yang menyerukan sikap profesional. Kita mendengar penyiar radio menyapa
pendengarnya dengan “Hai profesional muda!”. Di lapangan sepak bola, jalur
balap mobil, kolam renang, dan di gedung-gedung olahraga kita menemukan para
atlet profesional. Di panggung konser musik, lantai dansa dan balai-balai
seni, kita menjumpai artis profesional. Profesional ada di mana-mana.
Bahkan, tak canggung kita menyebut diri sendiri sebagai seorang profesional
pula. Justru karena dipakai secara luas, tak mudah begitu saja kita dapat
mendefinisikan apa itu “profesional” . Profesional menunjukkan pelaku,
sekaligus sifat, atribut atau kualitas bagi penyandang gelar ini.
Definisi paling gampang dan sederhana dari “profesional” adalah “bukan
amatir”. Kita mungkin bisa sepakat bahwa hal-hal yang berbau profesional
jauh lebih unggul, menarik bahkan superior dibanding yang amatir. Turnamen
tinju profesional lebih banyak menarik minat penonton. Sedangkan tinju
amatir biasanya jadi pengisi waktu jeda. Definisi sederhana lain, diberikan
oleh “Moneyword”, adalah “highly competent”. Manajer yang ahli dan
berpengalaman bertahun-tahun adalah profesional. Lulusan akademi yang baru
mulai kerja dan belum tahu apa-apa sehingga harus banyak belajar adalah
amatir. Ringkasnya, profesional adalah berkualitas tinggi, karenanya
membutuhkan keahlian tinggi pula.
2. Profesional adalah kerja. Seorang profesional bekerja untuk mendapatkan
imbalan. Kita menyebutnya sebagai seorang “pro” atau “orang bayaran”. Andre
Agassi adalah petenis profesional karena bertanding untuk mendapatkan
sejumlah uang. Bila Andre Agassi bertanding hanya untuk selembar sertifikat,
maka ia disebut amatir. Tak jarang tingkat keprofesionalan seseorang diukur
dengan seberapa banyak uang yang didapat dari permainannya. Karena mendapat
imbalan, seorang profesional harus bekerja sebaik-baiknya. Anda adalah
amatir bila melakukan sesuatu hanya untuk main-main atau iseng. Seorang
profesional menggantungkan penghidupan dari hasil kerjanya.
Semula kita menyebut profesional pada orang-orang yang bekerja di profesi
yang membutuhkan keahlian tertentu. Barangkali, juga ijin tertentu. Dokter,
pengacara atau akuntan adalah contoh yang masuk dalam kelompok ini. Untuk
menjadi dokter, seseorang harus rela mendekam di bangku kuliah
bertahun-tahun. Setelah lulus pun ia masih harus magang. Bahkan, sebelum
benar-benar berhak menyandang gelar dokter, ia musti hafal kode etik, sumpah
dan janji. Ini menunjukkan bahwa profesional berarti tak semua orang bisa
melakukannya. Semakin hari kita diajarkan untuk semakin menghargai kemampuan setiap orang,
seberapa pun sepelenya itu di pandangan orang lain. Kita semakin menyadari
bahwa kita memerlukan seseorang untuk melakukan sesuatu. Bukan hanya karena
kita tak mampu melakukannya, namun karena orang lain dapat melakukannya jauh
lebih baik. Tak jarang kita mengukur profesionalitas seorang dokter bukan
hanya dari kemampuannya mendianogsa dan menulis resep yang manjur bagi
penyakit. Jika pelayanan administrasi di ruang penerima tamunya tidak
memadai dan lambat, maka kita mungkin mencemoohnya sebagai dokter yang
kurang profesional. Kita mungkin mengukur profesionalitas seorang pengacara
bukan hanya dari seberapa banyak kasus yang dimenangkannya, namun juga
bagaimana ia memiliki asisten juru ketik yang piawai. Ini berarti, setiap
pekerjaan sekecil apa pun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pekerjaan besar. Pekerjaan “sepele” pun merupakan tugas profesional bila
kita ingin menjadi profesional.
Dengan demikian, profesi adalah semua bidang pekerjaan. Profesional adalah
bila kita melakukan pekerjaan dengan kualitas tinggi. Profesional menuntut
sesuatu yang lebih dari sekedar “bekerja”; ia menuntut pemenuhan standard
tertentu. Lihatlah ke sekeliling, bila kita mau mengakui bahwa orang-orang
berupaya mengusahakan yang terbaik dari dirinya untuk memenuhi kualitas itu,
maka kita akan temukan banyak orang yang layak kita sebut profesional. Tak
peduli apakah mereka itu direktur, manajer, staff, penjaga lift, juru
parkir, petugas keamanan, operator telephone, car caller, bahkan cleaning
service sekali pun. Jadi tak perlu segan untuk menepuk pundak seorang
cleaning service yang mampu menjaga kebersihan wc kantor dengan baik, sambil
memujinya, “Pekerjaan anda sungguh profesional. ” Karena profesional
menghargai setiap detil hasil pekerjaan.
Profesional adalah semua pekerjaan yang dikerjakan dengan sunguh-sungguh.
Tak selalu harus mengharapkan imbalan, banyak orang mencurahkan jiwa,
pikiran dan kemampuannya untuk menghasilkan suatu karya yang baik. Ia adalah
profesional. Bila anda senang mengumpulkan perangko, mungkin itu cuma
sebagai hobi atau klangenan. Namun, bila anda sungguh-sungguh
mengumpulkannya, melengkapi koleksi dari seluruh penjuru dunia, menulis
riwayatnya, meletakkan dalam album terbaik dan memamerkannya di balai
pameran, maka orang akan menyebut pekerjaan anda sebagai pekerjaan
profesional. Meski anda tak selalu perlu mendapatkan “bayaran” dari sana.
3. Menjadi profesional tak hanya membutuhkan keahlian tinggi, ia membutuhkan
kesungguhan yang terletak dalam hati anda. Karena itu, selain kompetensi
intelektual yang tinggi dan ketrampilan yang terasah, profesional menuntut
kompetensi emosional yang tinggi pula. Kata orang, bila kita sewot di kantor
lantaran semalam uring-uringan dengan istri, “kita tidak profesional. ”
Profesional tidak harus memisahkan rumah dari kantor, namun bisa mendudukan
sesuatu pada proporsinya. Penyanyi profesional yang baru bercerai berusaha
untuk takkan mempengaruhi penampilan panggungnya. Pelawak profesional tak
mengurangi banyolannya cuma karena penonton cuma segelintir. Profesional
berarti mempertahankan kualitas profesionalitas dari “gangguan-gangguan”
emosional. Anda boleh tertawa lebar, tercenung sedih atau kaget setengah
mati. Yang diperlukan adalah mengatasinya malah bila mungkin menggunakannya
untuk meningkatkan kualitas kerja. Seorang “goal keeper” boleh saja menjatuhkan pemain lawan demi menjaga
gawangnya dari kemasukan bola. Ya, ia melakukan pelanggaran atas aturan main
dan komitmen “fair play”. Profesional tentu pantang melanggar peraturan.
Profesional selalu menjunjung tinggi komitmen. Tak layak kiranya kita
mengaku profesional bila terlambat memasuki ruang meeting. Namun, dalam
pertandingan sepak bola kita mengenal “professional foul”, yaitu pelanggaran
yang disengaja demi menghindari kekalahan. Tentu dengan sangsi kartu kuning
atau “sent out”. Itu adalah pilihan profesionalnya. Namun, menjadi tidak
profesional bila penjaga gawang itu lalu ngambek dan memprotes keputusan
wasit seolah-olah ia buta akan aturan. Misal lain, dalam detik-detik
terakhir pertandingan bola basket, sering kita lihat suatu team mengambil
strategi melakukan “intentional foul”, pelanggaran yang disengaja, justru
agar terjadi “turn over” lalu mereka bisa menguasai bola. Tak ada penonton
yang protes. Itu adalah pilihan yang ada dalam aturan. Adalah profesional
bila mereka menerima hukuman. Dan sungguh memalukan bila mereka
mendorong-dorong wasit dan tidak menerima hukuman. Profesional selalu sadar
akan pilihan dan konsekuensi yang akan dihadapinya. Kesadaran itu
membutuhkan ketangguhan emosional yang selalu menuntun segala tindak-tanduk
sikap mereka. Seperti kata Macaulay, “Pride, not personal, but
professional. ” Karena kelengkapan itulah profesional adalah orang yang selalu dimintai
saran dan pendapat untuk memecahkan suatu persoalan. Bukan hanya karena
mampu secara tehnis. Profesional mampu melihat setiap persoalan secara
jernih. Perusahaan yang mengalami kesulitan akan berbondong-bondong meminta
pendapat profesional. Atau, berlatihlah berenang pada pelatih renang yang
profesional. Bukan cuma karena kualitas tehnis mereka yang tinggi, namun
semangat mereka untuk selalu memberikan yang terbaik pada siapa pun yang
meminta. Profesional membebaskan kepentingan pribadinya. Profesional
menjunjung tinggi profesionalitas mereka. Itulah etika profesi, yang kini
banyak orang merasa perlu untuk selalu dirumuskan. Dengan demikian, seorang
dokter akan berusaha menyembuhkan siapa pun, kawan atau lawan. Seorang
akuntan akan menyajikan opini apa adanya, tak peduli apakah laba atau rugi.
Pengacara membela betul kliennya, salah atau benar. Itu semua atas nama
profesional. Bukan personal.
4. Inti dari semuanya, profesional adalah melakukan yang terbaik dari setiap
yang kita kerjakan. Profesional mengkombinasikan kesadaran akan ketrampilan
yang terasah, kemampuan tehnis dan ketangguhan emosional. Bila masih
terlampau sulit mencerna apa arti profesional, ada baiknya kita kembali pada
definisi tersederhana dan tergampang, yaitu “bukan amatiran”. Rasakan saja
bagaimana gerahnya kita bila seseorang mengatakan, “ah, you masih amateur.”
Mungkin ini sudah cukup menjelaskan banyak hal.
Originally posted 2010-12-19 01:59:25.
ini mudAH SEKALI HAHAHAHA