Senyum Dong! Dunia Belum Kiamat lho

Salah satu kecenderungan kita yang cukup merugikan, terutama bila dikaitkan
dengan kemampuan untuk keluar dari depresi dan meraih kebahagiaan hidup,
adalah sikap kita yang cenderung mendramatisir setiap kemalangan atau
penderitaan yang kita rasakan.
Dalam kesaharian, ketika kita mengalami suatu peristiwa buruk, kita merasa
bahwa kitalah orang yang paling sial sedunia. Seakan-akan tidak ada
persoalan lain yang lebih berat dan menyedihkan ketimbang persoalan yang
kita hadapi.
Seorang anak ABG yang putus cinta merasa sangat sedih, nelangsa, dan
demikian sedihnya dia hingga dia merasa dunia sudah kiamat dan kehidupannya
tiada arti lagi tanpa pujaan hatinya. Dalam kasus yang ekstrem, dan hal ini
tidak jarang sungguh-sungguh terjadi, kumpulan orang-orang yang patah hati
ini sampai tega memutuskan kontrak hidupnya sendiri di dunia fana ini.
Ketika kesebelasan nasional Inggris kalah adu penalti dari Portugal di
kejuaraan Piala Dunia yang masih berlangsung, salah satu koran di Inggris
menulis judul besar-besar di halaman mukanya: The End of The World.
Demikian
juga, ada berita tentang seorang wanita yang jatuh pingsan ketika tahu tim
Samba harus segera pulang kampung, atau seorang pria di Bangladesh yang
mati
mendadak karena kaget tim kesayangannya harus menyerah kalah.
Dalam rangka menerapkan seni hidup bahagia, dan supaya kita tak
berlama-lama
berkumbang dalam lumpur kesedihan yang sia-sia, kita perlu berpikir positif
dalam memandang setiap peristiwa buruk yang kita alami. Alih-alih merasa
dunia sudah kiamat dan kehidupan kita harus berakhir menyedihkan, kita bisa
memilih untuk tetap menegakkan kepala dan menghiasi wajah kita dengan
seulas
senyum: Senyum Dong! Dunia Belum Kiamat, lho. Mereka yang memilih berpikir
positif kadang memang terkesan tidak realistik, juga bukan berarti dengan
berpikir positif masalah-masalah yang mereka hadapi secara sim salabim
tuntas seketika. Persoalan-persoalan tetap saja memerlukan
solusi-solusinya,
tetapi sementara mereka telah berusaha mencari solusinya dan belum
berhasil,
mereka akan menunggu dengan tenang dan tidak cemas. Bagi orang-orang
seperti
ini, masalah bukanlah masalah jika tidak ada solusinya. Dan mengapa harus
mencemaskan suatu masalah jika kita tahu bahwa masalah tersebut belum ada
solusinya? Juga sebaliknya, mengapa harus cemas jika kita tahu bahwa
masalah itu bisa dipecahkan?
Karena susah itu tiada gunanya.

Originally posted 2011-07-11 19:14:01.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *