Think Like a Champion

0
download.jpeg

Ayat bacaan: Roma 8:37
===================
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

think like a championHari ini saya melihat sebuah buku karya Donald Trump berjudul “Think Like a Champion.” Saya tidak sempat membuka-buka halaman di dalamnya, tetapi saya percaya Trump berusaha mengajak kita untuk mengubah paradigma berpikir kita agar bisa mencapai sukses. Saya setuju dengan Trump. Betapa seringnya kita gagal justru sejak awal. Belum apa-apa kita sudah yakin kalah. Bagaimana mungkin kita berani melakukan sesuatu jika paradigma berpikir kita sudah seperti orang yang kalah? Untuk memiliki mental pemenang kita harus memulainya dari cara berpikir seperti layaknya seorang pemenang pula. Jika tidak, maka kita tidak akan pernah bisa memulai apapun.

Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana mereka bisa berpikir seperti seorang pemenang atau juara jika saya ini tidak ada apa-apanya? Jika sarjana bahkan yang S2 sekalipun masih banyak yang menganggur, apalagi saya yang hanya lulusan SMA? Ada banyak orang yang terjebak pada pola pemikiran seperti ini. Mereka hanya fokus kepada kekurangan mereka dan melupakan bahwa Tuhan telah menciptakan kita masing-masing dengan talenta dan keistimewaan tersendiri. Sudahkah kita sadar bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai melakukan sesuatu dan menuai sukses seperti yang direncanakan Allah sejak semula? Mungkin kita hanya tamat SMA, tetapi bukankah kita memiliki anggota tubuh yang berfungsi baik? Jika ada anggota tubuh kita yang ternyata cacat atau kurang sempurna, bukankah masih ada anggota-anggota tubuh lainnya yang kondisinya baik? Sudah terlalu banyak orang yang gagal mencapai impian mereka justru karena mereka memandang diri mereka sendiri jauh lebih rendah dari pandangan Tuhan yang sebenarnya tentang diri mereka. Kita selalu memfokuskan diri kepada kekurangan kita dan mengabaikan apa yang menjadi kelebihan atau keistimewaan kita.

Apa sebenarnya yang direncanakan Tuhan atas kita? Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi pecundang, orang-orang yang gagal. Tuhan tidak pernah merencanakan kita untuk memiliki mental yang mudah menyerah dan hidup tanpa semangat. Apa yang dicanangkan Tuhan justru sebaliknya. Alkitab menyebutkan begini “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37). Perhatikanlah bahwa kita seharusnya sadar bahwa kita bukan cuma sekedar pemenang, tetapi dikatakan lebih dari pemenang! Dalam bahasa Inggrisnya lebih dari pemenang disebutkan dengan “More than conquerors and gain surpassing victory, memperoleh kemenangan melewati batas yang kita harapkan. Dari mana kita bisa memperolehnya? Alkitab menyebutkan jelas, lewat Kristus yang telah mengasihi kita, through Him who loved us.

Selanjutnya mari kita lihat janji Tuhan lainnya. “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun.” (Ulangan 28:13) Itu yang menjadi kerinduan Allah bagi kita. Menjadi kepala dan bukan ekor, tetap mengalami peningkatan dan bukan penurunan. Lihatlah kata yang dipakai adalah “TUHAN AKAN”, dan bukan “Tuhan bisa” atau “Tuhan mungkin berkenan”. Kata akan disana memberi jaminan kepastian bahwa Dia menginginkan itu untuk terjadi pada anak-anakNya, termasuk saya dan anda. Bagaimana caranya? sambungan ayat di atas memberitahukan cara untuk memperolehnya. “.. apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.” (ay 13-14).

Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20b). Atau tanamkan pula ayat ini dalam-dalam di benak kita. “Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ulangan 31:8). Lihatlah bahwa untuk mencapai sebuah tingkatan “lebih dari pemenang”, “to gain a surpassing victory”, kita bukannya dibiarkan berjuang sendirian, tetapi Tuhan sendiri berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Jangan lupa pula bahwa Roh Kudus telah dianugerahkan kepada orang-orang percaya. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kita mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih daripada apa yang kita pikirkan, melebihi apa yang kita anggap sebagai batas kesanggupan kita. Bagaimana jika kita masih juga takut? Bagaimana jika tetap menganggap bahwa kita bukan siapa-siapa, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan keberadaan kita sekalipun? Lihatlah apa jawaban Tuhan akan hal ini. “Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: “Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau”; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:8-10).

Ayat di atas berkata jelas. Kita tidak boleh takut. Mengapa? Sebab Tuhan menyertai kita. Kita tidak boleh ragu, alias setengah yakin menang setengah lagi yakin kalah. Mengapa? Karena kita punya Allah yang memiliki kuasa di atas segalanya. Kita tidak pula perlu khawatir, karena Tuhan berjanji pula untuk meneguhkan dan menolong kita. Dia memegang kita dengan tangan kananNya dan hal itu akan mampu membawa kita masuk ke dalam sebuah kemenangan yang lebih dari apa yang kita pikir sanggup untuk kita peroleh. Dengan merenungkan semua ini, masih pantaskah kita menilai diri kita sendiri rendah? Masihkah kita harus terus hidup dengan pemikiran dan mental seperti orang yang gagal atau kalah? Berhati-hatilah agar kita jangan sampai menilai diri kita sendiri rendah dan tidak ada apa-apanya, karena Firman Tuhan mengingatkan kita  ““Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.” (dalam versi King James dikatakan“For as he thinketh in his heart, so is he.” atau dalam bahasa sederhana diartikan sebagai “we are what we think.”).  Sesungguhnya apa yang diberikan Tuhan sudah lebih dari cukup untuk kita olah dan pakai hingga mencapai sebuah kesuksesan besar. Kita harus mulai mengubah pola pikir kita terhadap diri sendiri sejak awal. Mulailah berpikir sebagai pemenang atau juara, karena itulah yang diinginkan Tuhan sejak awal bagi kita semua. Bukan ekor tetapi kepala, tidak menurun melainkan terus meningkat. Semua itu tidak akan bisa terlaksana tanpa dimulai dari pembenahan pola pikir kita. So, let us all start to think like a champion!

Bukan cuma pemenang, tetapi lebih dari pemenang, itulah yang dirindukan Tuhan untuk kita

Originally posted 2010-11-04 14:45:34.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *