Waduh, si Besar Mulut

0
098945900_1599122422-kristina-flour-BcjdbyKWquw-unsplash.jpeg

Paling sebel kalau di dalam tim kerja kita ada seseorang yang mempunyai
perangai negatif, “Besar Mulut”. Tentu saja, maksudnya bukan memiliki ukuran
mulut yang sangat besar, tetapi sikap yang suka menonjol-nonjolkan dirinya s
endiri. Seolah-olah ia mampu mengerjakan semuanya. Bahkan suka
membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sepele saja, semata-mata agar
orang lain menganggapnya memiliki kelebihan. Yang seringkali menimbulkan
kecelakaan adalah perangainya yang mudah mengiyakan setiap tugas dan sering
membuat janji yang mungkin tidak mudah ditunaikan. Di samping itu, bila ada
bos ia akan bertingkah sedemikian rupa sehingga tampak sibuk mengerjakan ini
itu, bertanya ke sana-kemari, padahal tidak jelas yang ia kerjakan.
Meski tampaknya banyak sisi negatifnya, si “Besar Mulut” ini bukannya tak
memiliki sesuatu yang patut diteladani. Hal yang positif adalah semangatnya
yang menyala-nyala. Apalagi bila ia sedang menceritakan keberhasilannya di
masa lalu. Semangat yang menyala-nyala ini sering ditunjukkan bila ia
membanggakan timnya atau dirinya sendiri. Apalagi bila ia diminta
menceritakan bagaimana pertolongannya terhadap anggtoa tim lain sangat
membantu dalam memecahkan persoalan. Meski tak jarang niatnya bukan untuk
menceritakan bagaimana bentuk pertolongan itu, namun untuk menujukkan
ketidakmampuan orang lain dibanding diirnya sendiri.
Baiklah, meski lebih banyak menyebalkan ketimbang positifnya, kita perlu
melakukan sesuatu agar tim kita dapat bekerja selayaknya tanpa harus
dibumbui oleh bualan-bualan yang tak perlu. Kita dapat saja melakukan
sesuatu terhadap anggota tim lain, yaitu meminta mereka agar lebih pandai
menjaga sikap dan berhati-hati terhadap setiap ucapannya. Namun, kita tak
bisa sekedar mengharap ia berubah begitu saja. Itu hampir mustahil terjadi.
Pertama kita memang harus ekstra hati-hati terhadap setiap janji dan
persetujuannya. Kita harus bersikap tegas untuk menunjukkan kesungguhan
kita. Bila perlu kita tunjukkan apa yang akan terjadi bila ia tak mampu
memenuhi janjinya. Tekankan bahwa ia akan mengambil tanggung jawab penuh
bila semua janjinya meleset. Memang, biasanya si “Besar mulut” sangat pandai
menyalahkan orang lain atau keadaan sebagai penyebab kegagalannya. Kita pun
meminta anggota tim lain untuk bersikap sama kepadanya. Ketegasan bersama in
akan membuatnya berpikir dua kali lipat sebelum menunjukkan komitmennya.
Namun, bila ia telah memenuhi janjinya, kita harus mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setulus-tulusnya. Tunjukkan bahwa pemenuhan janjinya
adalah bukti bahwa ia memang dapat diandalkan.
Bila memang si “besar mulut” ini payah sekali., maka mungkin sebaiknya kita
tidak meminta pertolongan dulu darinya. Jangan berikan tugas dan wewenang
yang penting padanya. Namun, tetap berikan tugas-tugas yang tidak
membutuhkan pemenuhan yang tinggi. Namun, cara ini bukannya tanpa resiko,
terutama bila si “besar mulut” ini memang ternyata ahli di bidangnya. Oleh
karena itu pastikan bahwa ia memang akan memenuhi setiap tugas-tugasnya.
Langkah selanjutnya, bila kita mendapat informasi dari si “besar mulut” maka
kita pun harus mengkonfirmasikanny a dengan informasi-informasi lain. Jangan
ditelan mentah-mentah. Minta ia untuk memberikan informasi pendukung.
Mungkin ia tidak bermaksud berbohong tapi cuma bermaksud mendapat pujian.
Oleh karenanya, minta ia menggali lebih dalam lagi sembari kita juga
mengcrosscheck dengan bagian lain. Karena bila anda tidak melakukan hal ini,
sama halnya anda menyebarluaskan sesuatu yang tidak sepenuhnya benar.
Dalam sebuah tim, tidak semua anggotanya memiliki perangai yang sama. Untuk
itulah kita sebagai pemimpin sekaligus pemain di dalamnya harus bersikap dan
menunjukkan bahwa bagaimana pun besarnya jasa seseorang, kejujuran dan
ketulusan bekerja demi tim adalah di atas prestasi apa pun di masa lampau.
Dan, tidak cukup kita hanya bisa menggunjingkan kelemahan oranng lain tanpa
bersedia menunjukkan sikap yang dibutuhkan bagi kemajuan tim. Selain itu,
boleh jadi orang lain memiliki sesuatu yang tidak kita miliki.

Originally posted 2013-05-01 04:44:13.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *