Kuasa Dalam Kelemahan

Ayat bacaan: 2 Korintus 2:9
===========================
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”

Tumpukan pekerjaan bagaikan air bah yang membanjir tanpa henti. Rasanya begitu deras menerpa saya, sehingga saya merasa kelabakan untuk menyelesaikan semuanya. Satu beres, datang tiga lagi, dua beres, masuk enam lagi, kira-kira seperti itulah yang terjadi, dan saya pun gelagapan untuk menyelesaikan semuanya dengan sebaik-baiknya tepat waktu. Saya tidak pernah ingin kerja setengah-setengah, semua itu harus dikerjakan sebaik-baiknya, tetapi waktu sepertinya tidak mencukupi. Apakah saya satu-satunya orang yang sibuk setengah mati seperti ini? Ternyata tidak. Seorang teman yang berprofesi sebagai musisi jazz ternyata mengalami hal yang sama seperti saya.

Lewat sebuah situs jejaring saya berbincang-bincang dengan seorang musisi jazz yang baru menyelesaikan studinya di luar negeri. Dia adalah seorang anak Tuhan yang luar biasa. Hidup di dunia entertainment alias hiburan ternyata tidak membuatnya rusak. Ia tetap hidup setia dan taat kepada Tuhan. Tidaklah heran apabila karirnya meningkat sangat pesat meski ia baru saja kembali dari luar negeri beberapa bulan yang lalu. Tuhan memberkatinya secara luar biasa, sehingga dalam waktu singkat ia sudah mendapat kesempatan tampil di beberapa pertunjukan bahkan sudah membentuk grupnya sendiri. Berbagai kesempatan yang terbuka membuatnya sibuk melakukan berbagai persiapan. Belum lagi harus membagi waktu dengan keluarga dan tampil di beberapa kota yang berbeda dalam waktu singkat. Ia pun bercerita bahwa ia sempat “curhat” kepada Tuhan. “saya bersyukur buat berkat-berkat yang melimpah, tetapi di satu sisi saya merasa bahwa waktu untuk menyiapkan segalanya sangat kurang. Pekerjaan padat, waktu sedikit.. saya khawatir tidak maksimal.” katanya. Dan ia pun berdoa menyampaikan itu kepada Tuhan. Apa yang terjadi? Ia kemudian bercerita bahwa Tuhan menjawab dan mengingatkannya kalau semua itu Tuhan izinkan untuk terjadi agar dirinya menyadari betul bahwa semua itu merupakan karunia Tuhan dan bukan hasil jerih payahnya sendiri. “Tidak ada hak saya untuk bermegah diri.” katanya. Tuhan lalu mengingatkan teman saya lebih lanjut, “Bukankah selama ini dalam kelemahanmu Aku selalu menunjukkan pertolongan?” Dan ia pun merasa lega. Ia kemudian bisa mengerjakan segala sesuatu sebaik mungkin dengan tenang tanpa harus kehilangan sukacita. Waktu tidak berubah menjadi lebih lambat, pekerjaan tidak menjadi lebih ringan. Tetapi dengan percaya terhadap janji Tuhan, bahwa Dia akan selalu menunjukkan pertolongan, semua itu sanggup membuat beban yang kita pikul menjadi jauh lebih ringan.

Apa yang ia alami pernah pula dialami Paulus dalam keadaan yang mungkin jauh lebih berat. Memutuskan untuk bertobat lalu dengan giat mewartakan kabar keselamatan ternyata tidak membuat Paulus menjadi lebih nyaman. Justru pada saat seperti itulah ia mengalami begitu banyak masalah. Berbagai teror mental hingga penyiksaan kerap ia alami. Dalam surat 2 Korintus pasal 12 kita bisa melihat curhatan Paulus tentang apa yang ia rasakan. Ia tahu bahwa tidak ada hak apapun baginya untuk bermegah. Mendapatkan penglihatan, dipakai Tuhan dan menerima janji keselamatan kelak ketika ia berpulang tidak berarti bahwa ia bisa membanggakan atau menyombongkan dirinya. Paulus berkata “..atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.” (2 Korintus 12:6). Bangga akan kelemahan? Bagaimana mungkin? Apakah Paulus salah ucap? Tentu tidak. Paulus mengatakan lebih lanjut “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.” (ay 7). Paulus pun kemudian berdoa kepada Tuhan dan meminta Tuhan mengenyahkan duri dalam daging atau utusan iblis itu daripadanya. Perhatikanlah bagaimana reaksi Tuhan selanjutnya. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (ay 9). Di dalam kelemahan kuasa Tuhan justru akan menjadi sempurna. Mengapa? Karena seperti yang dikatakan teman saya tadi, justru dalam kelemahan itulah kita bisa mengerti akan sebuah konsep untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan bukan pada kekuatan diri sendiri atau sesama manusia lainnya. Dan mari saya tambahkan, saat-saat sibuk atau tertekan seperti itu adalah kesempatan untuk melihat betapa besarnya kuasa Allah, jauh melebih apapun yang ada di kolong langit. Being under pressure is just the perfect chance to see God’s miracles.

Firman Tuhan berkata “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7). Kepada orang-orang taat dan dipenuhi iman seperti ini dikatakan bahwa “Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (ay 8). Seperti itulah janji Tuhan kepada kita. Masalahnya ialah, sampai dimana kita bisa mengimani hal ini? Fisik terkuras, stamina anjlok di saat sibuk seperti ini seharusnya tidak membuat kita semakin menjauh dari Tuhan. Inilah kesempatan bagi kita untuk menyaksikan sendiri kedahsyatan uluran tangan Tuhan. Ini kesempatan untuk merasakan secara langsung bagaimana luar biasanya ketika Tuhan menyatakan pertolonganNya. Berada dalam tekanan atau permasalahan hidup adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk menyaksikan bagaimana kuasa Tuhan akhirnya menjadi sempurna di dalam hidup kita.

Apakah ada di antara teman-teman yang merasakan sulitnya membagi waktu dan merasa sendirian melewatinya? Jika ada, ingatlah bahwa semua itu Tuhan ijinkan untuk terjadi pada diri kita agar kita bisa berhenti mengandalkan kekuatan diri sendiri atau orang lain tetapi sebaliknya kembali berpegang teguh kepada Tuhan, mengandalkanNya dalam setiap langkah yang kita lalui. Itu akan membuat kita tidak kehilangan sukacita meski dalam tekanan sekalipun. Meski kelabakan dalam menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk, janganlah lupa bahwa semua itu merupakan berkat dari Tuhan yang seharusnya disikapi dengan penuh rasa syukur. Dan betapa baiknya Tuhan yang masih berjanji untuk senantiasa menolong kita dalam melakukan semuanya. Tidak saja kita mendapatkan berkat dariNya, tetapi dalam kesibukan itu kita juga mendapatkan kesempatan untuk melihat bagaimana luar biasanya ketika kuasa Tuhan menjadi sempurna di atas kelemahan dan keterbatasan kita.

Tekanan adalah kesempatan untuk melihat bagaimana kuasa Tuhan menjadi sempurna

Originally posted 2012-02-28 17:35:23.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *