Mengapa Tuhan Menjadi Manusia
Pada suatu ketika, ada suatu keluarga petani di negeri 4 musim.
Sang suami tidak percaya kisah tentang inkarnasi Yesus, Allah yang menjadi manusia.
“Kalau saya adalah Allah, saya tidak akan mau menjadi merendahkan diri menjadi manusia,” begitu pikirnya.
Oleh karena itu dia tidak mau ikut istri dan anak2nya ke gereja.
Saat itu musim dingin, pada malam menjelang hari Natal, istri dan anak-anaknya telah pergi ke gereja untuk menghadiri misa.
Dia sendirian di rumah, duduk menonton televisi sambil membaca2 koran sementara di luar salju yang turun semakin deras.
Tiba-tiba dia mendengar suatu suara benturan keras dari arah ruang keluarga/tamu. Dan kembali ada suara benturan beberapa kali.
Dengan bergegas dia ke ruang depan dan melihat beberapa burung dara yang kedinginan dan linglung setelah menabrak kaca jendela.
Rupanya mereka tersesat di tengah hujan salju deras dan berusaha masuk ke rumah melalui jendela.
“Burung-2 ini tidak akan selamat ditengah badai salju seperti ini,” demikian pikirnya, “tetapi ada sesuatu yang bisa aku lakukan.”
Dia punya gudang/lumbung di samping rumahnya dan seandainya burung2 tersebut bermalam disana, mereka bisa tetap hangat dan selamat dari badai salju.
Setelah memakai jaket musim dingin, dia keluar rumah, membuka pintu gudang dan menyalakan lampunya.
Tetapi ternyata burung2 tersebut tidak masuk ke dalam lumbung yang hangat seperti harapannya.
Lalu muncul ide lainnya. Dia mencoba menarik perhatian burung-2 tersebut dengan menaburkan biji-bijian sampai ke lumbung.
“Mungkin dengan umpan makanan, burung-2 tersebut mau berjalan menuju ke lumbung dan tinggal di sana,” pikirnya.
Tetapi burung-2 tersebut tetap saja tidak tahu apa yang sedang diusahakannya.
Lalu dia mencoba meniru kepak2 sayap burung dan meniru suara burung supaya mereka mau mengikutinya.
Lagi-lagi usahanya tidak membuahkan hasil.
Di tengah rasa frustrasinya, dia bergumam, “seandainya aku bisa menjadi burung, sebentar saja, pasti aku bisa memimpin dan meyakinkan mereka masuk ke dalam lumbung, mereka akan SELAMAT dari badai ini dan tetap HIDUP.”
Tiba-tiba terdengar suara lonceng gereja di kejauhan. Sang petani pun terperangah dan dia lalu berlutut.
Dia teringat pada cerita Natal dan sekarang cerita tentang Allah yang menjadi manusia menjadi lebih masuk akal baginya.
Jelas cara terbaik untuk membawa manusia pada keselamatan yg dijanjikan Allah adalah dengan Allah merendahkan diriNya menjadi manusia betapapun mustahil ini bagi banyak orang.
Dengan demikian pesan2 Allah menjadi lebih jelas dan lebih baik dan manusia lebih dapat memahaminya.
Diceritakan kembali lewat homili Father Tom, St.Gabriel parish, San Francisco.
Belated Merry Christmas and Happy New Year.
Originally posted 2011-10-04 11:25:47.
masak allah berubah jadi munusia.?
apa gak ada malaikatnya……..?
Ya,..kalau pikiran Tuhan disamakan dgn pikiran manusia, maka Manusia bisa jadi Tuhan, pikiran manusia disamakan binatang …ogah deh!
a great story
TUHAN YESUS MENYERTAI KITA…