Ngadepin Si “Tukang” Mencela
Orang yang suka mencela, biasanya pasti punya kekurangan.
Karena itu, dia akan sibuk nyari kekurangan orang lain buat nutupin kekurangan dirinya. Punya teman atau tetangga tukang cela memang bikin risih. Apalagi kalau Anda juga menjadi sasaran celaannya. Waduh! Panas rasanya hati ini.
Gimana cara bijak menghadapi orang macam ini?
Sebelum ngambil keputusan mau “diapain”, ada baiknya Anda mengerti sedikit tentang sifat buruk tersebut.
Kebiasaan cela-mencela itu bisa jadi lahir karena orang itu kurang mendapat perhatian, selalu merasa tersisih dan frustrasi karena iri dengan keberhasilan orang lain, lho.
Jadi, nggak heran kalau ada pemeo yang bilang ” iri tanda – karena tak mampu”. Semua itu ada betulnya.
Tapi, bisa jadi, memang begitulah sifat dan perangai orang itu. Dia terlahir sebagai orang sinis, jutek dan pencela. Akibatnya, dia sulit melihat hal-hal positif dan baik di dunia yang indah ini.
Untuk itu, cara paling ampuh menghadapi orang macam ini adalah:
Jangan langsung terpancing alias cuwek
Jangan ambil pusing setiap kali dia bicara jelek tentang Anda atau orang lain. Biarkan adrenalin Anda yang mulai naik, turun kembali. Selama proses itu, tanyakan dalam diri, apakah komentarnya perlu ditanggapi atau tidak.
Dengarkan ocehannya, apakah yang dibicarakannya itu benar atau tidak.
Memang, biasanya kalau dia suka jahil dan ngomongin orang seenaknya, berarti ada yang salah dalam sistem penilaiannya. Kalo enggak ya egp aja…….hehehee…….
Tenang
Ini paling penting. Sepanas apapun suasana akibat ocehannya itu, usahakan agar Anda tetap tenang. Orang bijak bilang, pikirkan dua sampai tiga kali omongan jelek tentang Anda, sebelum Anda memasukkannya dalam hati.
Batasi kuantitas pertemuan
Kedengarannya sangat tak menusiawi, karena Anda akan terlihat seperti orang yang “milih-milih” teman. Tapi ….kalau setiap kali dekat dengannya terjadi insiden tak mengenakkan, apa boleh buat. Mengindari lebih baik daripada “terjadi pertengkaran ” ngalah kan bukan berarti kalah kan, apalagi dia punya stok malu 12 sedangkan stok kita kan cuman satu …… so mahal dong nilainya…… kalo dia-nya dalam setiap buka “mulut” maunya ” tet tet tet…..”” uuiihhhh……. Lewat aja deh – mendingan “paz” aja…….
Coba berteman dengannya
Ini memang terdengar ekstrim, orang kita yang disakitin, koq, malah kita sendiri yang harus berbuat baik. Tak bisa disalahkan kalau Anda punya pikiran itu. Ingat-kan … janganlah kejahatan dibalas dengan kejahatan……….. tunjukan pada dia bahwa sebetulnya kita tidak ada permusuhan dengan dia hanya saja karena dia “iri” sehingga menjadikannya itu membabi buta untuk bersikap negatip terhadap diri kita dengan sikap kita yang demikian itu akan secara implisit menunjukkan kepada orang lain bahwa dia itu “patut” untuk “dikasihanin”
Labrak?
Kayaknya tak perlu, deh! Cara ini bisa bikin “NILAI” kita jadi jatuh di depan publik. Lain halnya kalau Anda berusaha bicara secara baik-baik, dengan membuka pertemanan. Kalau dia sudah mulai “ngedenger” Anda, itulah saat yang tepat ngasih “ceramah”.
Originally posted 2011-06-26 03:10:05.
Nice article… izin copas ya…. 🙂