Parabel Esok Hari

Aku memandang ke gunung, “terlalu sulit, Tuhan,” kataku: “Aku tak dapat memanjat.”
“Pegang tangan-Ku,” bisik-Nya, “Aku menjadi kekuatanmu,”
Aku melihat jalan, “Terlalu jauh, Tuhan,”kataku, “berbatu- batu dan jauh.”
“Ambil kasih-Ku,”jawab- Nya,”Aku akan menjaga langkahmu.”
Aku melihat ke langit. “Matahari telah pergi,” kataku, “hari telah gelap.”
“Pegang pelita Firman-Ku,” bisik-Nya, “cukup terang bagimu.”
Kami mendaki, Jalan sangat sempit dan terjal, tetapi ada cahaya terang. Dan
ketika duri-duri menghalangi, tangan-Nya melindungi, sebelum duri-duri itu
menyentuh kakiku.
Dan ketika perjalanan menjadi sangat sulit, Aku tahu bahwa kasih-Nya telah
menjagaku agar tidak tersandung.
Kemudian aku menjadi sangat lelah, “Aku tak dapat lagi melanjutkan
perjalanan ini, Tuhan, “kataku.
“Malam telah berlalu. Lihatlah, anak-Ku.”
Aku melayangkan pandangan, dini hari menjelang. Lembah yang hijau terhampar
di hadapan. “Aku dapat berjalan sendiri sekarang,” kataku.
Kemudian aku melihat goresan di tubuh-Nya, “Tuhan, Engkau terluka, tangan-Mu
berdarah, kaki-Mu biru lebam. Apakah itu bagiku?”
Ia berbisik, “Aku lakukan semuanya dengan senang hati.”
Kemudian aku tertunduk di kaki-Nya, “Tuhan, pimpinlah aku,” tangisku. “Tak
ada jalan terlalu jauh, tak ada lembah terlalu dalam, jika Engkau
bersamaku.” Kemudian kami berjalan bersama, sekarang dan selamanya!

Originally posted 2011-05-09 19:12:58.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *