Terapi Sel Induk Dari Darah Tali Pusar

Darah dalam ari-ari dan tali pusar mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah.
Biasanya usai menjalani proses persalinan, orang tua akan membuang atau mengubur ari-ari dan tali pusat bayi mereka. Tapi, ada hal yang perlu diketahui, bahwa pada tali pusar itu sebenarnya terkandung sesuatu yang akan sangat berguna di kemudian hari.
Penelitian menunjukkan, darah yang terdapat pada tali pusar mengandung sel induk (stem cells) terbaik dan berguna bagi penyembuhan berbagai jenis penyakit. Seperti, leukemia, thalasemia, diabetes, jantung, dan antipenuaan. Darah dalam ari-ari dan tali pusar sejatinya mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah (hematopoeitic stem cells). Ini sejenis dengan yang ditemukan dalam sumsum tulang yang telah lama dipakai dalam pengambilan sel induk.
Keistimewaan dari sel induk adalah kemampuannya berkembang biak untuk melengkapi semua jaringan tubuh. Sel induk juga amat bernilai penting untuk pembentukan sel darah merah, sel darah putih, maupun platelet.
Di negara maju, seperti Singapura, penelitian sel induk sudah demikian berkembang. Bahkan, di sana telah ada bank darah tali pusar yang siap dipergunakan sewaktu-waktu oleh sanak keluarga. Itulah yang kini dirintis oleh PT CordLife Indonesia — kerja sama antara PT Kalbe Farma dan CordLife Singapore– dengan mendirikan bank darah sel induk.
Seperti dituturkan oleh pendiri PT Kalbe Farma, dr Boenjamin Setiawan, bank darah tali pusat pertama di Indonesia tersebut bakal beroperasi Januari tahun depan. ”Lokasinya di kawasan Pulo Mas, Jakarta,” kata dia di sela acara penandatangan kerja sama Kalbe Farma dengan CordLife Singapore, Sabtu (14/10) di Jakarta.
Pengambilan darah tali pusat sebenarnya sudah sejak lama dilakukan di Indonesia, namun kemudian darah itu dikirim ke Singapura untuk diproses dan disimpan. Dengan adanya bank darah ini, maka nantinya darah tali pusat sudah dapat disimpan di Indonesia. ”Keuntungannya jelas dari segi biaya menjadi lebih murah. Kalau harus dikirim ke Singapura, biaya prosesnya 1.000 dolar Singapura dan penyimpanan 250 dolar Singapura, tapi di sini, mungkin dapat lebih murah,” kata Boenjamin.
Bagi ibu-ibu yang ingin menyimpan darah tali pusar bayinya, caranya sangat mudah. Beritahukan saja kepada dokter kandungan atau bidan, yang kemudian akan membantu pengambilan darah. Semua rumah sakit bisa melakukan prosedur ini.
Darah diambil segera setelah kelahiran. Tali pusar dibersihkan dengan iodine dan jarum dari kantung darah ditusukkan ke vena tali pusar. Darah pun akan mengalir ke kantung darah. Proses ini tidak berisiko dan tidak menyakitkan ibu maupun bayi. Jumlah darah yang diambil pun tidak terlalu banyak, hanya 75-100 mm. Selanjutnya, darah diproses untuk diambil stem cell-nya. ”Lantas darah disimpan dalam suhu -196 derajat, yang bertahan hingga 30 tahun,” jelas Boenyamin lagi.
Tetapi, sebelum dilakukan pengambilan darah, ada beberapa hal perlu diperhatikan. Khususnya bagi ibu, yang antara lain tidak boleh mengidap HIV, hepatitis, sipilis, dan beberapa penyakit lain. Demikian pula pada sebelum dan sesudah darah diproses, akan dilakukan pengujian agar bebas dari pencemaran bakteri dan jamur.
Penggunaan darah tali pusar bagi kepentingan terapi pengobatan, amat kecil kemungkinan terjadi penolakan oleh jaringan tubuh dan penurunan resiko penularan penyakit pada saat transplantasi. ”Kalau otolog (dari darah sendiri) memang tidak ada efek samping, tapi jika yang alogenik (dari darah orang lain) bisa menimbulkan efek rejection,” ungkapnya. Oleh sebab itu, sekali lagi, sebelum transplantasi, perlu dicek secara hysto compatability detecting.
Meski demikian, teknologi terapi sel induk ini punya potensi besar di masa depan. Ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh. ”Bank darah tali pusar ini seolah untuk asuransi kita nantinya yang bisa dimanfaatkan apabila diperlukan,” dia menganalogikan. Pada kesempatan sama, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa terapi dengan sel induk merupakan teknologi yang sangat mutakhir. Sayangnya, Indonesia masih sebatas sebagai pengguna. ”Mudah-mudahan ini langkah ke depan, supaya kita tidak terus menerus menjadi user tapi bisa mengembangkan sendiri,” kata Menkes.
Sebenarnya, ungkap dia, riset di Indonesia pada teknologi sel induk masih berjalan, tetapi memang tidak semaju di Singapura dan negara lain. Hambatan di sini, terutama karena tiap lembaga melakukan penelitian sendiri-sendiri, tidak terkoordinasi. ”Di samping riset itu biayanya mahal sekali, dan nampaknya di Indonesia riset belum mendapatkan tempat yang sesuai,” tandasnya.
Pencangkokan sel induk tali pusat pertama kali dilakukan di Perancis tahun 1988 untuk penderita anemia fanconi. Tahun 1991, dilakukan pencangkokan pertama dari orang yang tidak berhubungan darah. Kemudian tahun 2001, dilakukan pencangkokan pertama dari diri sendiri.
Hingga kini, telah dilakukan lebih dari tiga ribu pencangkokan tali pusat di seluruh dunia dan sudah ada lebih dari 72 penyakit yang terbukti dapat diobati dengan pencangkokan sel induk ini. Kebanyakan adalah penyakit akut, semisal leukemia akut dan kronis, non-Hodgkin lymphoma, anemia fanconi, anemia aplastic, dan penyakit auto-immune.
Di masa mendatang, para ahli percaya, sel induk dapat dipergunakan untuk memperbaiki organ tubuh. Seperti jantung dan pankreas (diabetes) serta membantu pengobatan penyakit systemic lupus erythemathosus (SLE), multiple sclerosis, muscular dystrophy, stroke, alzheimer, dan parkinson.

Originally posted 2013-09-01 11:17:34.

4 thoughts on “Terapi Sel Induk Dari Darah Tali Pusar

  1. Saya sangat tertarik dengan artikel ini. Kebetulan anak kami menderita Thalasemia Mayor. Mohon informasi lebih lanjut mengenai sel cangkok ini. Bagaimana prosedurnya, dimulai darimana, dsb.

  2. hmm… seperti berasuransi, sebenernya…
    tapi gak perlu semua kan..
    pakai darah adiknya saja jadi waktu kakaknya sakit bisa pakai punya adiknya
    tidak perlu sampai setiap kali melahirkan, simpan darah tali pusar…
    bukan begitu ?

  3. saya tertarik, tp apa darah tali pusar bisa menyembuhkan pasien sakit kanker paru2 stadium 4?
    makasih..

  4. Saya sangat tertarik dengan artikel ini. Kebetulan anak kami menderita Thalasemia Mayor. Mohon informasi lebih lanjut mengenai sel cangkok ini. Bagaimana prosedurnya, dimulai darimana, dsb

Leave a Reply to gustina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *