Mawar dan Bakung

Suatu pagi, setelah merayakan lebaran bersama keluarga, Jeng Jerawati mulai merawat kembali pot-pot bunga di halaman depan yang tidak terlalu luas. Bunga mawar dengan aneka warna, bentuk dan aromanya, ada di deretan tengah…sementara bunga bakung warna putih dan merah mengelilinginya.
Nah, suatu saat terdengarlah percakapan di antara mereka. Salah satu bunga mawar merah hati itu bertanya kepada bunga bakung putih, “Bunga bakung, kenapa sih aku kok malah dikelilingi dirimu dan teman-temanmu” Apa nggak salah ya, Jeng Jerawati menaruh aku? Aku kan punya duri, kenapa mesti takut ada musuh.” Sambil tersenyum dan menebarkan wangi, bunga bakung pun menyahut, “Mawar, sahabatku, mestinya dirimu bangga, dilindungi, ditaruh ditengah oleh Jeng Jerawati. Ngomong-ngomong, aku pernah dengar ceritanya Jeng ama suaminya Panurata. katanya begini, “Mas, bunga bakung ini tidak berduri, tapi dia pinter banget memberi kenyamanan kepada para tamu kita, sehingga setelah mencium bau bakung ini, mereka tidak tertarik memetik bunga bunga mawar.” Tapi Mas Panurata waktu itu protes, “Jeng, apa nggak terbalik, lebih baik bunga mawar itu yang mengelilingi bunga bakung, kan mawar berduri.” Lalu Jeng Jerawati menjawab lagi, ‘Mas, yang berduri itu tidak harus melindungi, sebaliknya yang berduri malah mesti dilindungi!” Mas Panurata diam, karena dia bingung, apa arti kata isterinya itu.
Setelah mendengar cerita bunga Bakung itu, Mawar pun berujar, “Ehm gitu…jadi yang berduri malah mesti dilindungi.. ..?? Aneh ya….! Bunga bakung pun lalu tersenyum, “Belum paham juga ya…?? Begini, kita itu butuh orang yang saling bisa mengerti kelemahan… kelemahanmu dalam bentuk duri, tapi suatu saat aku juga lemah kalau aku tinggal dedaunan saja setelah 1-2 hari mekar, karena kelopak bungaku cepat membusuk.Nah kalau mawar di tengah, aku jadi ikut indah gitu meski hanya daun-daun selama sekitar 1 bulan.” Tanpa terasa Mawar terharu mendengar cerita Bunga Bakung, “Terima kasih ya, engkau mau berusaha mengerti aku”. Bunga Bakungpun terus berbalik menyahut, “Mawar, jadilah dirimu sendiri, walau berduri, dirimu tetap berarti untuk orang lain”. Mawar mengangguk lega, “Iya, sahabatku Bunga Bakung, kamu juga mesti yakin, dirimu itu menjadi teladan bagi banyak orang, setia untuk menyepi setelah berbunga sampai satu bulan. Sementara banyak orang lain setelah melejit dan berprestasi malah lupa “menyepi dan hening”. Terima kasih Bunga Bakung..!
Jerawati mendengarkan pembicaraan mereka begitu menarik, “Tidak sia sia aku menanam buka bakung dan bunga mawar” Semoga aku bisa mewujudkan teladan bunga bakung, yang mau menyepi setiap kali selesai berbunga…. dan seperti bunga mawar yang bangga akan duri yang dimilikinya.
(From: Blasius Slamet Lasmunadi)

Originally posted 2012-08-11 22:52:24.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *