Derita Tukang Becak

BECAK itu kini diam membisu. Ringkikan suara rantai kurang oli, tak terdengar lagi. Tak ada lagi kaki renta, hitam dan berpeluh mengayuhnya menembus kawasan Jln. Aceh Bandung. Si empunya becak, kakek Holil (74) meninggal saat menjalankan tugasnya, menarik penumpang.Warga Kp. Bojong Koneng, Ds. Cangkuang, Kec. Rancaekek, Kab. Bandung ini tadinya berharap kecipratan rezeki dengan mogoknya angkutan kota (angkot) di Bandung. Bukan nafkah yang didapat, tetapi maut yang menjemput.
Menjelang siang kemarin (14/7), Holil tengah mangkal di seputaran Jln. Aceh dekat Masjid Al-Ukhuwah Wastukancana. Seorang ibu beserta anaknya kemudian minta diantar ke Jln. Baladewa. Si ibu terpaksa harus naik becak karena tidak ada angkot yang bisa mengangkut mereka ke tempat tujuan.

Setelah sepakat soal harga, mulailah kakek renta ini mengayuh becak dari Jln. Aceh menuju jalan yang dituju si ibu beserta anaknya tadi. Panas terik dan ingar bingarnya deru kendaraan, tak sedikitpun ia hiraukan. Dalam benaknya, mungkin rezeki telah menjadi miliknya, hingga rasa semangat pun akhirnya mampu melunturkan kemampuan tenaga yang sudah mulai “reyot”.

Jalan sedikit menurun mendekati patung macan depan rumah dinas Pangdam III/Siliwangi, ia gunakan untuk menggeber laju becak semakin cepat. Sesaat kemudian, ketika kondisi jalan yang agak menanjak menjelang simpang empat Pajajaran-Cicendo-Cihampelas (pabrik Kina-red), ia lalui pula dengan kobaran semangat yang tetap menggebu. Peluh yang membasahi tubuh dan mengucur dari keningnya, seakan menjadi energi ekstra untuk tetap memacu kendaraan roda tiganya itu.

Belum sampai ke tempat yang dituju, rasa gontai mulai menerpa semangatnya tadi. Napasnya mulai kembang kempis, kayuhan becak pun mengendor. Mendekati Jln. Rama, dia tampak tak sanggup lagi meneruskan perjalanannya. Becak pun malah terlihat mundur.

Melihat hal tersebut, empat orang tukang becak yang mangkal di sekitar itu yakni Daman, Abidin, Ikin dan Dudu langsung menghampiri dan menyangga korban sebelum akhirya korban tersungkur lantaran letih yang tak terperikan lagi.
Holil yang seketika itu tak sadarkan diri. Oleh keempat tukang becak tersebut lantas segera dibawa ke pos kamling RW 02

Kel. Arjuna, Kec. Cicendo untuk diberikan pertolongan.
“Saat kami bopong, korban masih bernapas. Tak lama setelah itu mengeluarkan suara nyegrok dan ketika diraba geuning tos teu aya (meninggal),” papar sejumlah tukang becak tadi.

Diduga karena kecapaian, Holil akhirnya meninggal di sekitar Jln. Rama Kec. Cicendo Kota Bandung, sekira pukul 10.30 WIB. Kontan para tukang becak yang tadinya berkehendak menolong itu, melaporkannya ke petugas RT setempat. Pihak RT pun melanjutkan laporannya ke Polsekta Cicendo.

Tak berapa lama petugas yang mendapat laporan segera mendatangi TKP dan mengumpulkan berbagai keterangan secukupnya, setelah itu membawa jenazah korban ke kamar jenazah Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Kakek Holil adalah cermin betapa kerasnya hidup, dan cermin betapa menakutkannya hidup menjadi tua di negeri ini. Negara tak pernah peduli. Tidak ada pensiun, tidak ada tunjangan hari tua, tidak ada tunjangan kesehatan yang melindungi jutaan orang-orang tua seperti dia. Hidup tak pernah istirahat, karena perut tak bisa menunggu.

Originally posted 2014-09-25 13:51:46.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *